Kamis, 06 Oktober 2011

Berdakwah dengan Hati

Oleh: Tim kajian dakwah alhikmah

alhikmah.ac.id – “Maka disebabkan rahmat Allah atasmu, kamu berlaku lemah lembut kepada mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkan mereka dan mohonkanlah ampun bagi mereka…”(QS.:3:159)

Saudaraku, Sejarah telah memaparkan pancaran pesona akhlaq Rasulullah dalam perjuangan dakwah beliau sebagai suri teladan bagi kita (QS.:33:21). Kemudian Allah SWT menguatkan dengan firman-Nya “wa innaka la’alaa khuluqin ‘azhiim. Dan sesungguhnya engkau memiliki akhlak yang mulia.”(QS.:68:4). Tentunya ini merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi kita. Rumusan nyata dan gamblang tentang model manusia terbaik. Maka siapa yang ingin berhasil dalam mengemban tugas dakwah sebagaimana Rasul, hendaklah mengikuti jejak langkah Rasulullah dan menerapkan akhlaq Rasulullah dalam segenap aktivitas kehidupannya.

Dulu sering kita jumpai keluhan-keluhan dan kekecewaan terhadap penanganan dakwah di kalangan para mutarobbi –binaan atau murid ngaji atau anggota tarbiyah-. Fenomena berjatuhannya para aktivis dakwah, ditambah lagi dengan ketidaksukaan mereka terhadap pola dakwah ternyata – menurut mereka – disebabkan karena seringnya mereka menerima perlakuan yang tidak bijaksana.

Jawaban sederhana dari permasalahan di atas boleh jadi karena ketidak utuhan kita dalam meneladani Rasul atau bahkan mungkin karena kita belum mampu menanamkan akhlaq Rasul pada diri mereka. Akibatnya kita sering tidak sabar dan tidak bijaksana menyikapi mereka, sementara merekapun terlalu mudah tersinggung dan cengeng menyikapi teguran dan nasihat yang mereka anggap sebagai pengekang kebebasan. Komunikasi yang tidak sehat ini sebenarnya bisa diatasi dengan menyadari sepenuh hati akan begitu pentingnya penanaman dan penerapan akhlaq Rasulullah dalam berbagai pendekatan dakwah. Ditinjau dari segi juru dakwah, keinginan meluruskan, teguran, penugasan, sindiran dan sebagainya sebenarnya dapat dikemas dengan akhlaq. Begitupun dari segi mad’u –peserta dakwah atau yang didakwahi- ; ketidakpuasan, ketersinggungan, perasaan terkekang dan kejenuhan juga dapat diredam dengan akhlaq. Akhlaq menuntun kepada kemampuan untuk saling menjaga perasaan, saling memaklumi kesalahan dan mengantarkan kepada penyelesaian terbaik.

Banyak murabbi –pembina atau yang mentarbiyah- yang dikecewakan dan ditinggalkan binaaanya, tapi dia mampu mengemas luka itu dengan empati dan terus mendoakan kebaikan bagi binaannya. Bahkan diiringi harapan suatu saat Allah swt. mengembalikan binaannya dalam aktvitas dakwah, walaupun mungkin bukan dalam penanganannya. “Mungkin dengan saya tidak cocok, tapi semoga dengan murabbi lain cocok”. Ada mutarabbi yang diperlakukan tidak bijaksana oleh murabbinya namun akhlaq menuntunnya untuk mengerti dan menyadari bahwa murabbinya bukan nabi, sehingga dia tidak dendam dan menjelek-jelekkan murabbinya, melainkan tetap merasa bahwa murabbi dengan segala kekurangannya telah berjasa banyak padanya. Dia tidak membenci dakwah meskipun dia dikecewakan oleh seorang aktivis dakwah.

Di antara nilai-nilai akhlaq yang semuanya mesti kita tanamkan dalam diri kita masing-masing adalah dua nilai yang cukup relevan dengan kelancaran dakwah, yaitu kelembutan dan rendah hati.

Kelembutan adalah perpaduan hati, ucapan dan perbuatan dalam upaya menyayangi, menjaga perasaan, melunakkan dan memperbaiki orang lain. Kelembutan adalah kebersihan hati dan keindahan penyajian yang diwujudkan dalam komunikasi lisan maupun badan. Bukanlah kelembutan bila ucapannya lembut tapi isinya penuh dengan kata-kata kasar menyakitkan (nyelekit). Bukan pula kelembutan bila menyampaikan kebenaran tapi dengan caci maki dan bentakan.

Berwajah manis penuh senyum, memilih pemakaian kata yang benar dan pas (qaulan sadidan), memaafkan, memaklumi, penuh perhatian, penuh kasih sayang adalah tampilan kelembutan. Wajah sinis, penuh sindiran yang terkadang tanpa tabayyun, buruk sangka, ghibah, mendendam, emosional merupakan kebalikan dari sifat kelembutan.

Rendah hati merupakan perpaduan hati, ucapan dan perbuatan dalam upaya mendekatkan atau mengakrabkan, melunakkan keangkuhan, menumbuhkan kepercayaan, membawa keharmonisan dan mengikis kekakuan. Angkuh, sok pintar dan hebat, merasa paling berjasa, merasa levelnya lebih tinggi, minta dihormati, enggan menegur atau menyapa lebih dulu, tidak mau diperintah, sulit ditemui atau dimintai tolong dengan alasan birokratis, menganggap remeh, cuek dan antipati merupakan lawan dari rendah hati. Allah swt. berfirman dalam surah Asy Syu’araa ayat 215 “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang beriman yang mengikuti kamu.”

Bila Rasulullah saw. saja dengan berbagai pesona dan kelebihannya diperintah untuk tawadhu (dan Rasul telah menjalankan perintah itu), tentulah kita yang apa adanya ini harus lebih rendah hati. Rendah hati terhadap murabbi, rendah hati terhadap mutarabbi dan rendah hati terhadap seluruh orang-orang beriman menunjukkan penghormatan kita pada Rasul dan pada kebenaran Al-Qur’an. Sebaliknya, keangkuhan dan perasaan lebih dari orang lain menandakan masih jauhnya kita dari Al-Qur’an dan Hadist.

Saudaraku, Marilah kita lebih mengaplikasikan apa-apa yang sudah kita ketahui. Betapa pemahaman kita tentang pentingnya akhlak dalam mengantarkan pada kesuksesan dakwah mungkin sudah cukup mumpuni. Namun tinggal bagaimana kita terus meningkatkan penerapan nilai-nilai akhlaq itu dalam kehidupan kita sehari-hari, khususnya dalam mengemban tugas dakwah. Telah dan akan terus terbukti bahwa sambutan masyarakat terhadap dakwah adalah di antaranya karena pesona akhlaq kita, kelembutan kita, memaklumi, mengingatkan dan meluruskan mereka dan kerendahhatian kita untuk terus bersabar mendekati dan menemani hari-hari mereka dengan dakwah kita. Dalam konteks khusus pun demikian, betapa kelembutan dan kerendahhatian ternyata lebih melanggengkan atau mengawetkan binaan-binaan kita untuk terus berdakwah bersama kita.

Saudaraku, Hendaknya dari hari ke hari kita terus mengevaluasi diri, membenahi akhlaq kita dan memantaskan diri (sepantas-pantasnya) sebagai seorang juru dakwah. Memang kita manusia biasa yang penuh salah dan kekurangan, namun janganlah itu menjadi penghalang kita untuk bermujahadah diri menuju kepada kedewasaan sejati. Masa lalu yang kasar dan angkuh hendaklah segera pupus dari diri kita. Kita mulai membiasakan diri untuk lembut di tengah keluarga, di antara aktivis dakwah hingga ke masyarakat luas. Kita mesti melatih kerendahhatian di tengah murid-murid kita, dengan sesama aktivis, pada murabbi kita hingga ke seluruh masyarakat. Dan pada akhirnya nanti insya Allah kita dapatkan keberhasilan dakwah Rasulullah terulang kembali, lewat hati, ucapan dan perbuatan kita yang telah diwarnai nilai-nilai akhlaq.

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

“Serulah mereka ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah dengan cara yang baik pula. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dialah yang mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS 16:125). Allahu a’lam (dkwt)

Sunda....sebuah pemahaman (full sara orang sunda ngga boleh masuk!!)

UNTUK YG SUNDA: TUH DA NYA..PAN GEUS DIBEJAAN KU URANG TONG ABUS...NAAA ARI MANEHH..(HEUREUY)

KALO MALES BACA MENDING GA USAH KOMEN, CLOSE AJA WINDOWSNYA. SILAHKAN BACA SAMBUNGANNYA SAMPAI SELESAI, PAHAMI MAKNANYA..JANGAN TERJEBAK DENGAN PENYUDUTAN PERSEPSI, DAN KE EGOSENTRISAN DIRI ANDA.

(EGOSENTRIS: MERASA BAHWA SEGALA SESUATU TERJADI, PASTI KARENA KEHEBATAN DIRINYA, DAN DI DUNIA INI HANYA ADA ME, MYSELF, AND I)

Sebenernya ane bikin thread ini karena sedikit muak dengan thread2x yg mendiskreditkan suku Sunda...ok kita mulai.

Entah dari kapan suku Sunda hadir di muka bumi ini, hingga saat mengenai asal usulnya masih menjadi perdebatan. Orang Sunda sebetulnya bukan beragama hindu, agama suku Sunda asli adalah yang sekarang dikenal Sunda Wiwitan. Agama ini hanya mengenal 1 tuhan, itulah yang menyebabkan Islam dapat diterima dikalangan suku Sunda dengan mudahnya, karena dari awal suku Sunda hanya mengakui 1 tuhan.

Kerajaan Sunda yang terkenal adalah Pajajaran, ada juga Galuh, yang akhirnya bersatu dengan Pajajaran. Dan raja yang sangat terkenal adalah Siliwangi. Sering timbul pertanyaan, apa hebatnya Pajajaran, dan apa pula hebatnya Siliwangi, sehingga kebanyakan orang Sunda begitu mencintai beliau?! Bukankah Pajajaran hanya kerajaan kecil dibandingkan Majapahit?

Ya, wilayah Pajajaran adalah kerajaan kecil jika dibandingkan dengan Majapahit, namun fakta nya tidak pernah sekalipun kerajaan ini takluk oleh Majapahit, bahkan dalam peristiwa Bubat sekalipun. Nusantara yang di elu2xkan Majapahit adalah Indonesia minus Jawa Barat sekarang. Itulah mengapa, sebetulnya kata Nusantara di mata orang Sunda tak lebih dari bentuk penjajahan Majapahit, dan kami orang Sunda tidak pernah dijajah oleh siapapun. Jika ada yg berpendapat Pajajaran lemah, dan tidak diserang karena bersembunyi dibalik hubungan kekerabatan dengan raja pertama Majapahit, lalu bagaimana mungkin sebuah budaya yang lemah melahirkan kitab “Sanghyang Siksakandang Karesian”, sebuah strategi perang yang sudah digunakan sebelum abad 16, dan masih digunakan hingga saat ini. Silahkan lihat ini http://www.kaskus.us/showthread.php?t=2716934

Sedangkan Siliwangi mengapa begitu dicintai, hanya 1 kata...”adil”, suatu saat..konon buyut dari Siliwangi yaitu Linggabuana yang gugur pada peristiwa Bubat, pernah ditawari untuk dipahatkan patung wajahnya, beliau menolak dengan alasan “bukan kebiasaan kami..raja Sunda tidak terbiasa mengagung-agungkan diri dengan pahatan2xan, biarlah nama dan apa yang kami kerjakan yang akan selalu di ingat oleh rakyat”...pemandangan yang jauh berbeda dengan musim pilkada saat ini.

Ada pertanyaan, mengapa kiprah orang Sunda di pemerintahan begitu kurang, alasan pertama adalah, umumnya orang Sunda tidak ambisius, kedua orang Sunda karena budaya ngahuma (berladang) kurang cocok dalam hal team work...eagle fly alone..kata dosen saya. Alasan ke tiga adalah “itu bohong” . Pernah ada seorang Sunda ahli hukum kelahiran Serang yang ketika Soekarno-Hatta ditahan Belanda, mendirikan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dan menjabat sebagai Perdana Mentri (setara dengan Presiden), untuk memberitahukan kepada dunia bahwa Republik Indonesia masih ada. Dia adalah Syafruddin Prawiranegara. Jadi, pernah bangsa ini dipimpin oleh orang Sunda, namun seperti orang Sunda pada umumnya, beliau tidak ambisius, atas usahanya, Belanda terpaksa melakukan perundingan dengan Indonesia. Perundingan Roem-Royen mengakhiri upaya Belanda dan Soekarno-Hatta dibebaskan. Dan pada 14 Juli 1949, kemudian mandat PDRI dikembalikan kepada RI. Berbeda dengan Soekarno, Soeharto yang Jawa sentris menyembunyikan atau mengkecil-kecilkan fakta sejarah ini. Apakah sejarah harus ditulis ulang? Jawabannya adalah tidak. Seperti Linggabuana...orang Sunda akan selalu mengingat nama beliau dan mengingat jasa apa yang pernah beliau lakukan.

Mengenai Perempuan Sunda. Di Tatar Sunda sama seperti Melayu, perempuan bagaikan sumber kehidupan, bukan objek barang dagangan. Karena buku Haryoto Kunto, banyak orang berpikir bahwa dibalik kulit putih mulus perempuan Sunda mengalir darah keturunan eropa. Padahal catatan sejarah yang lebih tua menceritakan bagaimana jatuh cintanya Hayam Wuruk kepada putri Sunda Dyah Pitaloka. Jadi kalo ente tanya kenapa perempuan Sunda bening2x, ngga ada yg tau jawabannya. Soal sifat perempuan Sunda yang konon materialistis, gampangan, doyan dandan, itu hanya stereotype yang dibuat-buat. Kecantikan perempuan Sunda mungkin dianggap ancaman, sehingga perlu bumbu-bumbu untuk membuatnya menjadi manusiawi. Dan toh standar di tiap daerah berbeda-beda. Walaupun mungkin ada beberapa, bukankah selalu ada anomali? Soal gampangan, menurut ane adalah hasil imajinasi anak2x putra daerah yang merantau...ane punya temen orang *sensor*, yang berdasarkan stereotype orang Sunda adalah orang *sensor* Shaleh2x...yang ternyata pas kuliah di Bandung doyannya nyari pecun. Pertanyaan ane,
1.Apa berarti co *sensor* doyan jajan? Jelas tidak bukan?
2.Lha lu dateng ke Bandung nyari pecun...dapet nya ya pecun...apa berarti perempuan Sunda gampangan? Kenapa lu ga ke Bandung, ke pesantren Aa Gym, trus lu pacaran sama santri, ya lu dapet ce bener lah..

Soal Indramayu yang konon pemasok PSK se Indonesia, silahkan anda ke Indramayu, dan lihat. Secara kultural, budaya apakah di Indramayu???

Soal katanya perempuan Sunda kalo bangun tidur dandan dulu baru melayani suami...itu betul..dan sangat logis (bagi orang Sunda)...silahkan pilih:

Opsi 1: Istri anda bangun tidur iler kemana2x, rambut brantakan, masih belekan, langsung siapin sarapan.

Opsi 2: Perempuan Sunda bangun tidur cuci muka, nyisir rambut, bedakan tipis, sambil masih pake lingerie, trus nyiapin sarapan...arrrrrrr...tiasa atuh nuken in de kuken teh nya...

Ane sebagai co normal masih pilih opsi 2....maaf-maaf aja..

Jangan kaget kalo orang Sunda tidak segan-segan berbicara hal-hal berbau SARA, penghormatan orang Sunda pada seseorang adalah sejauh mana dia bisa memahami orang tersebut. Jadi kalo agan kuliah di Bandung terus ditanya misal: “kenapa orang Batak ngomongnya teriak2x?” jawablah sejelas2xnya, karena sebetulnya SARA tidak tabu bagi budaya Sunda. Pemahaman ini membuat orang Sunda tidak mudah terpancing oleh isu-isu rasial dan bagaimana Bandung menjadi multikultur. Makanya jujurnya ane kadang keganggu dengan beberapa sikap kaskuser kebanyakan yg dikit2x NO SARA, sementara buat ane yang suku Sunda as long as we keep talking and no one will die.

Ada beberapa suku yang umumnya, sekali lagi ingat..."umumnya" disukai orang Sunda, menurut pandangan ane yaitu:

1.Aceh, walaupun berjauhan, cerita mengenai seorang perempuan shaleh pemberani yang melawan Belanda, dan diasingkan di Sumedang, membuat ikatan imajiner di benak orang Sunda. Kehadiran Cut Nyak Dien di tatar Sunda memberi sudut pandang lain pada suku yang satu ini. Cut Nyak Dien adalah tokoh yang sangat di hormati orang Sunda. Itu mengapa gerakan DI/TII di Jawa Barat berafiliasi dengan DI/TII di Aceh. Dan banyak orang Sunda keberatan ketika DOM di aceh diberlakukan. Penilaian ane pribadi, logat melayu ce Aceh kalo ngomong seksi...

2.Minang, walaupun konon katanya sepelit paman Gober (saya yakin ini hanya stereotype negatif), stereotype orang Sunda mengenai suku Minang adalah “shaleh”, nilai penting yang membuat kehadiran orang dari suku Minang mudah diterima di tatar Sunda, dan memberikan rasa aman.

3.Batak, terutama marga Nasution..Karena kehadiran A.H. Nasution menjadi Pangdam Siliwangi di tatar Sunda, suku Batak termasuk dihormati. Sekali lagi dosa orde baru dalam menutupi sejarah. Sebetulnya melalui perjanjian Renville, pada masa itu banyak orang Sunda merasa dikhianati oleh pemerintah. Warga Jawa Barat menganggap pemerintah menyerahkan Jawa Barat kepada Belanda terlalu mudah sehingga melalui perjanjian itu Jawa Barat menjadi bagian dari Belanda. Ini pula yang menyebabkan Kartosuwiryo yang sebelumnya berjuang membela Republik, sakit hati dan berbalik mendirikan DI/TII.

Kakek ane bagian dari cerita Bandung lautan api, tadinya ane pikir orang tolol mana yang ngebakar rumahnya sendiri, namun ketika ane denger “lebih baik rumah saya rata dengan tanah daripada digunakan anjing-anjing Belanda”, lebih gilanya lagi 200.000 penduduk Bandung punya "ide gila" yang sama. jelas sebuah nilai NASIONALISME yang sulit dipahami oleh kita yang hidup nyaman pada saat ini. A.H. Nasution benar2x memahami arti dari kehormatan bagi orang Sunda, sehingga menyetujui keinginan warga Bandung untuk membumihanguskan kotanya sebelum diserahkan pada Belanda. Sayangnya sikap supir angkot 05 di Bandung yang kebanyakan orang Batak sering merusak image ini. Saat ini A.H. Nasution dijadikan nama sebuah jalan protokol di Bandung.

4.Bali, dikarenakan kesamaan kultural, nilai-nilai kehormatan, dan ketertarikan akan seni dan budaya. Seolah membuat ritme hidup kedua suku ini se irama.

Nah, dari yang ane sebut diatas, kalo ngga malu nih ya...jika ada dari 4 suku ini yang memiliki stereotype negatif tentang suku Sunda....well, kita tau siapa yang lebih baik bukan? siapa yang menyimpan kebencian, dan siapa yang berhati emas.

Soal suku Jawa...hmmm...peristiwa Bubat bagaimanapun merubah segalanya, sementara di Jawa Majapahit, Hayam Wuruk, dan Gajah Mada begitu dia agung2xkan, Hingga saat ini di Jawa Barat tidak ada nama jalan menggunakan nama Hayam Wuruk dan Gajah Mada. Apakah orang Sunda pendendam? Oh tidak. Forgive but never forget...Sri Baduga atau disebut Siliwangi adalah raja yang arif dan bijak, beliau menilai Bubat sebagai cermin dari keserakahan dan harus dinilai proporsional. Beliau mengingatkan orang Sunda bahwa orang Jawa adalah saudara, orang Sunda tahu bahwa raja pertama pendiri Majapahit berasal dari Sunda. Itu kenapa orang Jawa tetap diterima di tatar Sunda. Bagaimanapun kita tidak bisa menutupi bahwa darah yang mengalir di tubuh kami adalah sama. Walaupun orangtua dulu dari kedua belah suku melarang anak2xnya saling menikah, tapi bagaikan benci tapi rindu mungkin ya...banyak sekali orang Sunda dan Jawa pada kenyataannya saling menikah dan beranak pinak.

Dalam konflik Sunda- Jawa, orang Sunda masih bisa lebih santai menanggapainya karena sebetulnya penyebab malapetaka ini, yaitu Gajah Mada bukanlah orang Jawa, namun dari sisi orang Jawa pada umumnya (ngga semua), entah mengapa sangat membenci suku Sunda, terbukti beberapa thread menunjukkan hal itu, dan nilai kesantunan Jawa yang cenderung tertutup mempersulit pemahaman kita soal itu. Kita banyak dengar bagaimana seorang anak asal daerah Jawa yang akan studi di Bandung, sebelumnya diwanti2x dan dikasi wejangan panjang lebar kali tinggi supaya tidak kecantol perempuan Sunda, dengan berbagai macam alasan yang dihiperbola dan kadang ga masuk akal. Sementara di Sunda tidak ada adat semacam itu.

Konon stereotype negatif tentang perempuan Sunda pun dikarang oleh orang Jawa, tp ane ngga percaya...tapi jika kebiasaan itu balik2xnya lagi ke peristiwa Bubat, bukankan sejarawan Jawa seringkali mengklaim peristiwa itu sebagai sebuah kemenangan...sehingga nama Gajah Mada layak dijadikan pahlawan dan dijadikan nama universitas....well walaupun bagaikan menonton film “300”- 200- perlengkapan perang mungkin..silahkan di Jawab...

Buat ane Jawa bagaikan saudara sedarah buat Sunda, banyak dari mereka orang2x terhormat dan berjiwa besar, namun selalu saja ane nemu orang Jawa yang Jawa sentris yang 11 – 12 kaya Suharto, nah yang bgini yang ganggu. Balik lagi ke sejarah yang di tutupi orde baru, setelah Bubat sebetulnya Jawa-Sunda pernah kembali melakukan konflik senjata di Solo, yaitu ketika peristiwa hijrahnya pasukan Siliwangi meninggalkan Jawa Barat karena perjanjian Renville. Ditengah dilema antara patuh dan setia pada Republik atau memberontak karena merasa dikhianati Republik yang menyerahkan Jawa Barat begitu saja, setibanya di Solo, bukan sambutan hangat dari saudara sebangsa yang diterima, Divisi IV Panembahan Senopati asal Solo malah mencemooh tentara Siliwangi sebagai “Tentara Kantong” yang selalu kalah perang dan mengungkit2x peristiwa Bubat yang terjadi pada abad 16. Dengan persenjataan lengkap, disiplin tinggi, dan seragam lengkap yang rapi dibanding divisi lainnya, Siliwangi yang ber akronim SLW diplesetkan sebagai Stoot Leger Wilhelmina (tentara penyerang Wilhelmina, ratu Belanda saat itu).
PKI melihat ini sebagai kesempatan, untuk memperpanas suasana PKI menculik dan membunuh pimpinan Divisi IV Panembahan Senopati , Kolonel Soetarto. Mudah di tebak, Divisi IV Panembahan Senopati menuduh Siliwangi adalah dalangnya, tidak tanggung-tanggung Divisi IV Panembahan Senopati terang2xan mengusir tentara Siliwangi dan kompi Siliwangi di stasiun KA Balapan Solo di serbu. Hal ini dijawab dengan mengalirnya seluruh pasukan Siliwangi di luar kota Solo sambil menyerang tiap pos Divisi IV Panembahan Senopati yang di jumpai. Hal ini membuat Jendral Sudirman merasa perlu turun tangan. Sudirman mendesak agar Siliwangi memenuhi tuntutan Divisi IV Panembahan Senopati, dan kembali ke Jawa Barat, namun Siliwangi menolak karena hal itu akan melanggar isi perjanjian Renville. Akhirnya Gatot Subroto yang saat itu masih berpangkat Kolonel mengeluarkan perintah penghentian baku tembak dan meminta komandan kesatuan yang bertikai untuk menyatakan kesetiaan pada Republik, jika tidak akan dianggap sebagai pemberontak. Akhirnya pertikaian dapat dihentikan.

Lihat lah betapa kita begitu mudah di adu domba...jika pertanyaannya apakah orang Sunda takut dan tunduk kepada orang Jawa, jangan sampai pertanyaan itu harus dijawab dengan memindahkan tragedi Sampit kepulau Jawa. Namun tanyalah sampai kapan dua saudara ini akan saling membenci dan mengendap2x dibelakang untuk saling menjatuhkan? Perubahan Indonesia selalu ada ditangan kaum muda!!!Perubahan ada ditangan kita Bung!!!kita harus berbeda karena itulah makna “BHINEKA”, namun jangan pernah lupa Republik ini berdiri karena kesatuan mimpi dan tujuan itu lah “IKA”!!!!BHINEKA TUNGGAL IKA bukan berarti komat kamit , teriak2x, mantra Suharto NO SARA bung!!!BHINEKA TUNGGAL IKA adalah saling memahami perbedaan diantara kita!!!! KEEP TALKING AND NO ONE WILL DIE!!!BUNGKAM berarti makar terhadap cita2x REFORMASI!!!!!!!

sumber: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3596569

Sebuah Kebenaran Kecil

Sebuah KEBENARAN KECIL Apa yang membuat hidup sobat semua menjadi 100% jika alfabet di beri sebuah nilai mulai dengan huruf a=1, b=2, ...