Kamis, 03 Desember 2009

Dasar-dasar Memahami Tauhid Posted on November 9, 2009 by unga

copas dr Ummu Khansa-Syifa1

(Syaikh Muhammad At Tamimi)
Rangkuman kajian Ust abu Fairoz
Setiap Ahad pekan ke-2 ba’da Asar, masjid kampung Siglap, Singapura

Kemurnian akidah akan mampu dicapai apabila memahami 4 kaidah yang telah Allah nyatakan dalam firmanNya.


1. Kita harus mengetahui bahwa orang kafir yang diperangi oleh Rasulullah, mereka meyakini Allah sebagai pencipta, pemberi rizki, yang menghidupkan dan mematikan, yang memberi manfaat dan mudhorot, yang mengatur segala urusan. Tetapi semuanya itu tidak menyebabkan mereka sebagai muslim.
Dalil: QS Yunus: 31

2. Kaum musyrikin berkata, “Kami tidak berdo’a kepada mereka (nabi, orang-orang sholeh) kecuali agar bisa mendekatkan diri kepada Allah dan mereka nantinya akan memberi syafa’at. Maksud kami adalah kepada Allah, bukan kepada mereka. Namun hal tersebut dilakukan dengan cara melalui syafa’at dan mendekatkan diri kepada mereka.”
Dalil: QS Az Zumar: 3, QS Yunus: 18
Namun kita harus memahami bahwa syafa’at ada 2 yaitu syafa’at yang ditolak dan diterima. Syafa’at yang ditolak adalah syafa’at yang dicari dari selain Allah (QS Al Baqoroh: 254). Sedangkan syafa’at yang diterima adalah syafa’at yang dicari dari Allah dimana si pemberi syafa’at dimuliakan oleh syariat dan orang yang diberi syafa’at adalah orang yang dirihoi oleh Allah (QS Al Baqoroh: 255). Sehingga perbuatan/alasan (yang dibuat-buat) mereka tersebut adalah tidak dibenarkan.

3. Sesungguhnya Nabi sholallahu’alaihi wasallam menerangkan kepada manusia tentang macam-macam system peribadatan yang dilakukan oleh manusia. Diantaranya mereka yang menyembah matahari dan bulan, menyembah orang-orang shaleh, malaikat, wali, pepohonan dan bebatuan. Mereka semua diperangi oleh Rasulullah.
Dalil: QS Al Baqoroh: 193, QS Fushilat: 37, QS Al Ishra’: 56-57, QS Sabaa’: 40-42, QS Al Maidah: 116-118, QS Al A’raf: 138-140

4. Sesungguhnya kaum musyrik zaman sekarang adalah lebih parah kesyirikannya dibanding zaman dahulu. Sebab kaum musyrikin zaman dahulu, mereka berdoa secara ikhlas kepada Allah ketika mereka ditimpa bahaya akan tetapi mereka berbuat syirik ketika mereka dalam keadaan senang. Sedangkan kaum musyrikin zaman sekarang, mereka terus menerus berbuat syirik baik dalam bahaya maupun senang.
Dalil: QS Al Ankabut: 65-66

Filed under: Artikel Islami

Valentine.. kah…?! Posted on February 13, 2008 by unga

valentinekah...“Happy Valentine sayang…. Nih coklat buat kamu.. sebagai tanda sayang…”. Hmmm adakah Valentine….?!!
Mungkin bagi mereka ada… tapi bagi unga gak ada yagh keknya hehehe.. bukannya karena jeulouuuuusss lho… sm yang punya sayang2an hi2….

Emosi moral tengah melanda huks2… pergeseran nilai terjadi, dari nilai-nilai Ilahi yang benar menjadi nilai-nilai syaithani yang kotor dan bathil. Umat Islam semakin diarahkan kepada nilai yang menyimpang dan sepertinya hehehe… dapat diterima akal tetapi sebenarnya menjauhkan kita, ummat Islam dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam.

Kenapa… malu yagh kalu dibilangin gak gaul karna gak ikutan yang namanya valentine.. huuhuuhu… biarin deh klu unga mah…. Gak pake valentine ajah masih sering klpeset…. Apa lagi pake legalitas valentine sebagai hari kasih saiiiyang…. Hari kasih sayang… valentine..kah.. ?!! Halah… whateverlah…

Valentine’s Day berawal dari semboyan sederhana yang nampaknya baik bahkan sesuai dengan Islam, dilancarkanlah Ghazwul Fikri (invasi pemikiran) yang pada akhirnya berkembanglah budaya aneh ( mnurut unga.. gak boleh protes..!! heheheh…), saling memberi kartu ucapan kasih sayang dan bla.. bla.. bla… So, mari sedikit ngintip2

Sejarah Valentine’s Day

Hari Valentine berasal dari masa jahiliyah Romawi kuno. Pada tanggal 13-18 Februari mereka mengadakan ritual penyucian, yang di antara rangkaiannya adalah Perayaan Lupercalia. Dua hari pertama, dipersembahkan untuk Dewi Cinta (Queen of Feverish Love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama-nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk bersenang-senang dan menjadi obyek hiburan laki-laki. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan Dewa Lupercalia dari gangguan serigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.

Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I. Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan meninggal 14 Februari. The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari.

Seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” yang dimaksud. Juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena setiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda. Konon, menurut versi pertama, Kaisar Cladius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah Tuhan-Tuhan orang Romawi -Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan-. Orang-orang yang mendambakan doa St. Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya. Versi kedua diceritakan bahwa Kaisar Cladius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dari pada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St. Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (Lihat: The Word Book Encyclopedia, 1998).

TINJAUAN ISLAM ( copy paste dari AL Wahdah )
1. Tasyabbuh Bil Kuffar
Melirik dari sejarah Valentine’s Day, terlihat jelas bahwa hal tersebut merupakan salah satu upacara peribadatan ummat diluar Islam. Islam tidak memperkenankan mengambil cara-cara peribadahan yang tidak memiliki sumber, baik dari Al Qur’an maupun As Sunnah Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam.

Sebagaimana Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam. bersabda : “Barangsiapa yang mengada-adakan suatu perkara dalam agama kami ini, yang tidak ada dasar dari padanya maka itu pasti tertolak” (HR. Bukhari dan Muslim).Dan Allah Ta’ala memerintahkan agar ummat-Nya selalu berada dijalan-Nya
yang lurus. Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an : “Sesungguhnya inilah jalan-Ku yang lurus maka ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya” (QS. Al An’am :153).

Perayaan Valentine’s Day merupakan tindakan menyerupai orang-orang kafir, akan tetapi pada kenyataannya tidak sedikit generasi muda muslim yang tidak paham terhadap Dien (agama)nya ikut ambil bagian dalam perayaan tersebut. Maka benarlah apa yang disabdakan Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam: “Sesungguhnya kalian akan mengikuti jalan (cara hidup) orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, bahkan seandainya mereka memasuki lubang biawak pun, tentu kalian akan mengikutinya”. Kami (para sahabat bertanya) Wahai Rasulullah apakah mereka itu Yahudi dan Nashrani ? Beliau menjawab : “siapa lagi kalau bukan mereka”. (HR. Bukhari)

2. Penetrasi Budaya sesat
Valentine’s Day yang telah meracuni generasi muda Islam adalah salah satu bukti nyata dari produk Ghazwul Fikri (invasi pemikiran) para musuh Islam, dan merupakan salah satu wujud dari ketidak ridhaan Yahudi dan Nashrani kepada ummat Islam. Perayaan Valentine’s Day menjadikan semakin merebaknya budaya pacaran dikalangan generasi muda Islam. Padahal Islam melarang ummatnya mendekati zina, apalagi turut andil dalam perbuatan zina, hukumnya adalah dosa besar, firman Allah Ta’ala “Dan janganlah kamu mendekati zina, itu adalah suatu perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk” (QS. Al Isra’ : 32)

3. Perbuatan Mubazzir
Valentine’s Day yang dipenuhi hura-hura merupakan kegiatan yang menghambur-hamburkan sumber daya, disamping itu tenaga dan waktu juga dipakai untuk aktifitas yang sudah jelas-jelas tidak Islami, sehingga apa yang dilakukannya tidak bernilai ibadah dan tidak bermanfa’at bagi dirinya sendiri lebih-lebih bagi kemaslahatan ummat.
Nabi Muhammad Sallallahu ‘alaihi wasallam telah wafat dan tidak meninggalkan warisan berupa harta benda, beliau hanya meninggalkan dua buah wasiat yang harus menjadi pegangan setiap muslim. Sabda Beliau Sallallahu ‘alaihi wasallam: “Aku tinggalkan dua perkara untuk kalian, kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh kepadanya, (yaitu) Kitabullah dan rasul-Nya “.(HR. Hakim dan Malik)

Ini adalah ajakan Beliau Sallallahu ‘alaihi wasallam pada haji terakhirnya (Hajjatul wada’) di Arafah. Sebagai seorang muslim hendaknya kita senantiasa sami’na wa atha’na (kami dengarkan dan kami ta’ati), dan konsekuensinya adalah harus menjalankan Islam secara kaffah (totalitas) dan meninggalkan segala sesuatu yang tidak islami.

Oleh karenanya ummat Islam terutama generasi muda Islam harus menjauhkan diri dan meninggalkan perayaan Valentine’s Day karena itu semua tidak lepas dari rekayasa jahat musuh-musuh Islam untuk menghancurkan Islam. Wallahu a’lam bisshawab.

Filed under: Artikel Islami

Islam Kaffah dan Kekafiran * Juli 22, 2009 – 5:07 pm * Ditulis dalam Memoar Kang Jan

Ada yang lain dari Kang Jan hari ini. Tidak seperti kebiasaannya tidur selepas subuh, pagi ini ia langsung mandi lalu berpakaian rapi. Wewangian pun ia pakai. Sungguh tak biasa. wewangian itu seperti barang kramat bagi Kang Jan, ia hanya menggunakannya pada hari-hari tertentu saja, seperti saat shalat Jum’at atau shalat idul fitri. Istrinya yang tikdak mendapat pemberitahuan soal rencana Kang Jan hari ini pun dibuat keherananan. Bagaimana tidak, tadi Malam Kang Jan tetap memabuka angkringan sampai Jam 2 dan pagi ini dia tidak tidur lagi. Biasanya selepas subuh Kang Jan langsung molor menikmati kasur. Ia tidur sampai jam 8 pagi lalu berangkat ke pasar membeli kebutuhan angkringan.

Tapi pagi ini sungguh berbeda. Tak hanya menggunakan minyak wangi, Kang Jan juga menggunakan batik pamungkasnya. Setelan batik buatan Istri ini bukan batik sembarangan. Dalam setahun belumlah pasti satu kali ia gunakan. Pemberian istri merupakan salah satu barang keramat. Bukan soal bagusnya atau buruknya batik itu, tapi soal penghargaan kepada istrinya. Biasanya Kang Jan hanya menggunakan batik itu saat bepergian bersama istri tercinta. Maklum, meskipun Kang Jan sedikit galak ia terkenal sangat sayang pada istrinya. Di kampung itu nyaris tak ada laki-laki yang mau bekerja di dapur membantu istri selain Kang Jan. Bahkan Pak Kaji soleh yang terkenal paling soleh di kampung karena kedermawanannya saja tidak pernah mau masuk dapur. “itu tugas perempuan, ” tegas Pak Soleh ketika suatu waktu ditanyai tetangga.

“Mau kemana tho, Kang? Kok ndak kayak biasanya pagi-pagi sudah rapi, pakai wewangian dan batik lagi?”, karena sangat bingung Istri Kang Jan akhirnya memberanikan bertanya pada suaminya.

“Ini lho, Bune, aku janjian sama Siwa dan Guntur untuk lihat grebeg syuro. Ini kan satu syura,” Kang Jan menjelaskan.
“Boleh tho, Bune aku pakai batik ini?” lanjutnya.

“Yo ndak opo to Kang. La wong batik itu saya jahitkan yo buat sampean pakai. Bukan pajangan. Kulo langkung remen yen diagem kaleh Panjenengan,” balas si istri dengan senyum yang dalam. Kang Jan tersenyum simpul penuh kebahagiaan menyaksikan ekspresi instrinya. “Bune, aku tolong dibuatkan kopi yo!” pinta Kang Jan.

******

“Bune, aku berangkat,” suara Kang Jan menyeloroh ke dalam rumah setelah menghabiskan secangkir kopi pahit kesukaannya.
Berkendara sepeda unta tahun 70-an yang dibeli di pasar loak Kang Jan menuju rumah Siwa. Mereka bertiga telah membuat janji pertemuan di rumah Siwa sebelum berangkat ke Grebeg Syuro. Rumah Siwa memang letaknya paling strategis tinimbang milik Kang Jan atau Guntur. Rumah Siwa berada di pinggir jalan beraspal, jadi mudah bagi mereka untuk mencari angkutan menuju lokasi perhelatan.

Sesampai di sana Guntur ternyata sudah terlebih dahulu sampai. Ia sudah duduk-duduk dengan Siwa menghadap sepasang cangkir kopi yang sudah habis lebih dari setengah.

“Hayo, langsung berangkat!” pinta Kang Jan sambil memarkir sepeda di pekarangan Siwa.
“Lho, langsungan tho, Kang?” timpal Guntur.

“Lebih baik kepagian dari pada kelewatan acaranya” balasa Kang Jan.
“Sampean ndak pengen ngopi dulu, Kang? Tambah Siwa.

“Ora, Aku Wis ngopi Mau”, timpal Kang Jansambil berlalu. Siwa dan Guntur beranjak dari kursi bambu menghampiri Kang Jan yang sudah berjalan menuju jalan raya.

******

Pagi ini suasana terasa berbeda. Angkutan Jalur X yang biasanya sepi ternyata berulang kali lewat dalam keadaan penuh.
“walah, ini baru Jam setengah 7 kok sudah penuh semua” Siwa mengeluh.

“Sudahlah, sebentar lagi ada yang kosong. kalau nanti tak ada yang kosong kita naik jurusan lain terus oper bus kota sampai alun-alun” balas Kang Jan. Siwa dan Guntur hanya diam seperti setuju.

Tidak terlalu lama, sebuah angkot jalur X muncul dan masih belum terisi semuanya.Mereka bertiga saling melempar senyum lega. Di dalam angkot ternyata ada beberapa orang yang juga berpakaian rapi. Ada yang memakai batik dan kopiah, ada juga yang berkemeja biasa, tapi semuanya rapi. Kang Jan melempar senyum ke beberapa orang yang telah terlebih dahulu berada di angkot.

Tak lupa kang Jan membaca basmalah saat mau duduk di jok angkot. Bacaan itu menarik perhatian seorang laki-laki yang kira-kira berusia 25 tahun. lelaki itu berjenggot agak panjang. Pakaiannya rapi. Kopiah putih bersih menutup kepalanya yang berambut pendek.

“Mau ke mana, Pak?” tanya pemuda berpakaian rapi itu kepada Kang Jan.

“ini, mau ke grebeg syuro, la adik sendiri mau ke mana?” Kang Jan membalas pertanyaan snag apemuda sambil berbasa-basi.
“Mau ke kampus Pak”, balas pemuda itu. “Memang di grebeg itu ada apa saja, Pak? Kok banyak orang yang berbondong-bondong datang ke acara itu?” tambah si pemuda.

“Ya ada macam-macam, dik. Ada doa bersama. Ada pembagian gunungan. heem, masih banyak lagi. Adik ke sana saja biar tahu kegiatan itu,” kang jan menjawab sedikit diplomatis.

“Saya merasa aneh, Pak. Acara itu diisi dengan doa ala agama Islam, sedangkan dalam agama Islam acara itukan tidak ada sama sekali. Rasul tidak pernah memberikan ajaran tentang itu. Bukankah itu bid’ah, Pak?” tanya si pemuda. Tampaknya pemuda itu berani berbicara soal agama setelah mendengar bacaan bismillah dari lisan Kang Jan saat hendak duduk di angkot.
“Lalu apa yang salah, dik?” Pancing Kang Jan.

“Ya itu, Pak. Sesuatu yang dikerjakan tanpa ada rujukan dari agama itu sendiri, itu yang salah. Setahu saya itu bertentangan dengan syari’at agama. Tapi kenapa orang-orang yang beragama Islam justeru menjadi penyelenggaranya”. Eskpresi pemuda itu sangat serius. Ia seperti sedang berhadapan dengan mangsa yang memang harus ditobatkan.

“Itu gejala menurunnya keislaman kita. Sebuah gejala bahwa banyak muslim tidak mengimani Islam secara Kaffah,” tandas pemuda itu penuh tenaga.

Siwa dan Guntur tak banyak berkutik kalau berhadapan dengan situasi seperti ini. bukan karena mereka bodoh, bukan sama sekali. Siwa dan Guntur keduanya lebih sering mengalah dalam situasi seperti ini. Berbeda dengan Kang Jan yang pasti akan berupaya menyelesaikan obrolan sampai tuntas.

“Islam yang benar itu bagaimana, dik?” tanya kang Jan.

“Ya sederhana, Pak. Islam yang asli dikerjakan dan dikembangkan oleh Rasulullah SAW. Itu saja kuncinya”. Pemuda itu menjawab dengan sangat mantap.

“Dik,” suara Kang Jan meninggi meski tetap dengan eskpresi wajah yang datar. “Saya ini orang Kafir, jadi jangan terlalu menceramahi saya tentang Islam,” jawab Kang Jan.

Sekonyong-konyong raut wajah pemuda itu berubah. Ia tidak menyangka berbicara terlalu banyak dengan orang yang berlainan keyakinan. Muncul dugaan dalam diri pemuda itu bahwa orang yang diajak bicara bukanlah seseorang yang beragama Islam. Tapi Jawaban Kang Jan belum tuntas ternyata.

“Tapi saya ini bukan musyrik, tambah Kang Jan.

Pemuda itu tampak kebingungan. Ia merasa dihadapkan pada pernyataan yang kontradiktif.

“Bagaimana mungkin Anda merasa sebagi kafir tetapi juga merasa bukan musyrik?” tanya pemuda itu dengan nada bingung.
Siwa dan Guntur keduanya hanya tersenyum menahan tawa. Mereka tahu persis watak Kang Jan dan caranya masuk ke dalam sebuah obrolan serius.

“Saya merasa sebagai kafir karena kerendahan hati saya selalu aja mengajarkan saya menyadari bahwa iman saya belum sempurna, dik. Karena itu saya berusaha selalu menyempurnakannya. Saya punya iman yang tidak sesempurna iman adik yang sudah sempurna. Karena itu saya belum bisa mengaku sebagai Muslim yang baik. Saya takut jika ternyata saya secara tidak disadari adalah orang yang tidak beriman.” balas Kang Jan agak Panjang.

“Bukankah kafir itu berarti ingkar Tuhan?” balas pemuda agak gugup. Ia mulai menyadari bobot ilmu orang yang diajak bicara.

“Tidak semudah itu menjadi kafir dan tidak mudah pula menjadi mukmin kaffah, dik. Kata kafara, asal kata kafir itu diulang-ulang dalam bentuk yang beragam dalam al-Qur’an. Jadi maknanya juga beragam. Kafir itu artinya orang yang ingkar. Ada yang menolak yakin adanya Tuhan dan keesaannya, itu hanya salah satu arti. Tapi arti yang lain bisa saja ada. Sebut saja surah Ibrahim yang menggunakan kata kafara bagi orang yang tidak mensyukuri nikmat Tuhan. Artinya belum tentu ia tidak percaya Tuhan, melainkan hanya tidak memiliki sensitivitas untuk berterima kasih kepada Tuhan soal pemberian yang berlimpah.”

Ekspresi pemuda itu serta-merta berubah. Ia baru sadar berhadapan dengan orang yang cukup memahami agama.
“Terus Pak? tanya si pemuda dengan gugup.

“Kekafiran yang paling saya takuti itu ada satu, dik. balas Kang Jan.

“Apa itu, Pak?”

“Kekafiran karena saya mencuri hak Tuhan untuk menentukan kebenaran soal siapa yang salah dan benar. Apalagi hal tersebut hanya seputar soal furu’iyyah atau sesuatu yang spesifik. Mencuri hak Tuhan untuk menentukan kebenaran sama halnya menyamakan diri dengan Tuhan yang berkuasa atas kebenaran. Saya takut jika itu terjadi pada saya, maka saya tidak hanya menjadi kafir tapi juga sekaliguis menjadi seorang musyrik yang menjadikan diri sendiri sebagai berhalanya.”

Kang Jan sangat serius menjawab hal tersebut, tampak matanya berkaca-kaca seperti menahan tangis. Memang ini hal berat untuk diungkapkan kepada khalayak, tapi kali ini Kang Jan merasa perlu.

“Soal grebeg itu furu’iyyah, dik. Itu tak perlu dipermasalahkan dengan kekentalan akidah yang sampai pada menyalahkan. ini cara orang jawa mensyukuri nikmat Tuhan. Gunungan itu hanya simbol keberlimpahan pangan yang harus disebarluaskan dan diratakan. Bukan hura-hura. Karena itu ada do’a supaya orang-orang menyadari bahwa semua itu datangny dari Tuhan. Apakah salah jika orang memilih sebuah cara bersyukur yang paling sesuai dengan kebudayaannya?”

Pemuda itu tercengang seperti sulit untuk menjawab. Tiba-tiba suara Siwa memecah suasana.

“Kang, Ayo. Sudah sampai ini,” Siwa memberitahukan Kang Jan yang tampak masih asyiok memperhatikan raut muka sanga pemuda. Ditepuknya lengan pemuda itu dengan senyum, sambil berpamitan untuk turun duluan. Tak lupa, Kang Jan melafalkan Bismillah saat beranjak dari jok angkutan kumuh itu.

Sang pemuda tetap terdiam.

Yogyakarta, 2 Januari 2008.

Indonesia Menuju Islam Kaffah?

Pada Desember 2004, salah satu lembaga intelijen Amerika Serikat, yakni National Intelelligence Council’s (NIC) merilis sebuah laporan yang berjudul Mapping the Global Future. Salah satu laporan itu memprediksikan di tahun 2020 akan muncul A New Chaliphate alias sebuah khilafah baru. Benarkah?

A New Chaliphate adalah kata lain berdirinya kembali khilafah Islam, sebuah pemerintahan Islam global yang mampu memberikan tantangan pada norma-norma dan nilai-nilai global. Tegaknya khilafah adalah pertanda kebangkitan Islam dan tahta kepemimpinan dunia segera beralih ke tangan Islam.

Selain itu, menarik juga menilik sebuah buku terbaru karya Mr Michael Buriyev (Wakil Ketua Parlemen Rusia) yang menyatakan: dunia sedang menuju menjadi lima negara besar yakni: Rusia, Cina, Khilafah Islam, Konfederasi Dua Amerika, dan India, jika India bisa bebas dari cengkraman Islam yang mengurungnya (Pakistan, Bangladesh, Kasmir, Afganistan). Lihat: www.hizb-ut-tahrir.info: 18/06/09.

Terlepas dari tendensi apa mereka mengeluarkan prediksi tersebut, yang namanya prediksi, hal itu bisa akurat bisa juga tidak. Yang jelas namanya prediksi itu berbeda dengan sebuah ramalan mantra, sebab prediksi yang dilakukan di sini tentunya berdasarkan penelitian yang begitu mendetail dan argumentatif yang didasarkan dengan data-data yang dihasilkan dari pengamatan mereka di lapangan, apalagi yang melakukan

adalah sebuah lembaga yang profesional dan memiliki tingkat kredibilitas yang tinggi di bidangnya.

Jika dikolerasikan dengan Indonesia, negeri ini adalah salah satu kandidat kuat sebagai titik awal berdirinya (Daulah Islam) khilafah, di samping negeri-negeri Islam lainnya. Hal ini didasari atas beberapa pertimbangan. Di antaranya: potensi sumberdaya alam yang melimpah, secara geografis memiliki luas wilayah yang cukup luas, jumlah penduduk yang besar dan semakin diterimanya dakwah syariah dan khilafah di tengah-tengah ummat.

Lima tahun yang lalu mungkin masyarakat masih merasa aneh dan asing mendengar apa itu khilafah, sering kali bahkan terjadi kekeliruan menyebutnya dengan khilafiyah. Seiring dengan berjalannya waktu dan atas pertolongan Allah SWT, kini perjuangan penegakan kembali khilafah yang akan menerapkan seluruh ayat-ayat Allah itu semakin membahana. Masyarakat tidak asing lagi dengan apa itu khilafah, bahkan sebagian di antara mereka ikut turut andil dalam perjuangan.

Hal ini salah satunya ditandai dengan berkumpulnya lebih dari seratus ribu orang di stadion Gelora Bung Karno Jakarta, mereka berdatangan dari berbagai seluruh pelosok daerah untuk menyambut bisyarah nubuwwah ini. Gelegar kehadiran khilafah terasa semakin dekat ketika baru-baru ini sekitar 7.000 ulama berkumpul dan sepakat untuk memelopori perjuangan penegakan khilafah yang dituangkan dalam piagam ulama.

Menerapkan hukum-hukum Allah SWT dalam seluruh aspek kehidupan adalah wajib. Sementara hal ini tidak dapat dilaksanakan dengan sempurna tanpa khilafah Islam yang dipimpin oleh seorang Khalifah. Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama tentang wajibnya khilafah ini. Banyak dalil syara’ yang menunjukkan tentang wajibnya khilafah ini, baik dari Al-Qur’an, As-sunnah, ijma’sahabat serta kaidah syar’iyah.

Satu hal yang perlu dicatat bahwa ketika daulah Islam pertama berdiri di Madinah, saat Rasulullah SAW di bai’at menjadi kepala negara saat itu tidak harus menunggu semua masyarakat harus menerima Islam terlebih dahulu, sebab ketika daulah Islam itu tegak di Yatsrib (Madinah) realitas masyarakat menunjukkan bahwa di sana masih ada kaum musyrik, kaum munafik, dan ahli kitab (Yahudi dan Nasrani).

Kemudian dibuatlah piagam Madinah yang ditetapkan untuk mengikat pihak-pihak di luar Islam agar mereka tunduk kepada Islam, saat itu masih ada kabilah-kabilah yang masih musyrik. Bahkan, sebagian kerabat Rasulullaah SAW dari Bani Hasyim dan Bani Abdul Mutholib di Makkah juga masih musyrik. Jadi tidak benar kalau ada yang beranggapan bahwa khilafah tegak harus menunggu semua masyarakat menerima syariah Islam terlebih dahulu.

Khilafah pasti tegak karena itu merupakan janji Allah, tentang kapan dan di mana titik awalnya, itu adalah rahasia Ilahi. Jika Allah berkehendak maka itu akan segera terjadi, bisa saja tahun 2020, bisa juga malah lebih cepat dari itu.

Hal yang paling utama ialah sumbangsih apa yang sudah kita berikan untuk perjuangan ini. Allah melihat kesungguhan kita, sehingga berhak atas datangnya pertolongan dari-Nya.

Dr Ahmad Al-Qhashas (ulama Lebanon) mengatakan setelah acara Muktamar Ulama Nasional kemarin: “Kalau khilafah tegak mulai dari Indonesia, maka itu bukan hanya milik orang Indonesia, tetapi juga milik orang luar Indonesia. Akan tetapi jika khilafah tegak mulai dari luar Indonesia, maka itu juga milik orang Indonesia.”

Untuk masyarakat Indonesia, bersiaplah untuk hidup sejahtera dan bersiaplah untuk hidup dalam kemuliaan. Allahu Akbar!

Wallohu a’lam bi Ash-Shawab.

Ali Mustofa

alie_jawi@yahoo.com

Sumber: http://inilah.com/berita/citizen-journalism/2009/09/13/155135/indonesia-menuju-islam-kaffah/

Faham Sebelum Berjuang

Posted by USTAZ YUSSAINE YAHYA on Tuesday, December 1, 2009


Dalam Rukun Bai’at yang sepuluh imam Syahid Hasan Al-Banna meletakkan rukun Al-Fahmu pada urutan pertama dan menjadi tunjang utama kepada amal harus dilakukan oleh seorang ikhwah, jika al-fahmu dapat dikuasai maka niscaya seorang ikhwah tidak akan sulit memahami Islam secara kaffah seperti yang difahami oleh gerakan Ikhwanul Muslimin, dan memahami apa yang seharusnya dilakakan oleh seorang ikhwah dalam berbagai langkah dan kehidupannya bersama gerakan Ikhwanul Muslimin.

Banyak pihak yang mempertanyakan mengapa Imam Syahid Hasan Al Banna mendahulukan pemahaman dalam Arkanul Bai’ah ini. Ustadz Dr. Yusuf Al Qaradhawi menjelaskan bahwa urutan yang dibuat oleh Imam Syahid Hasan Al Banna sudah tepat. Karena beliau tahu betul skala keutamaan, mendahulukan apa yang harus didahulukan.

Skala aulawiyat dalam memperjuangkan Islam haruslah diperhatikan. Hal ini jelas, yang hampir tidak seorangpun diantara para pemikir dikalangan umat Islam yang memperselisihkannya. Dengan menentukan skala prioriti dalam melakukan kegiatan dakwah, tarbiyah, gerakan dan penataan ini yang keseluruhannya adalah merupakan unsur utama bagi setiap usaha menjulang Islam. Atau penghidupan kembali manhaj Islam dalam diri manusia, akan terwujudlah kebangkitan dan kebangunan di seluruh wilayah Islam sebagaimana yang kita saksikan saat ini.

Beliau lalu menjelaskan fungsi pemahaman selaras dengan keperluan sebenar, pemikiran harus mendahului gerakan, gambaran yang benar merupakan pendahuluan dari perbuatan yang lurus. Karena ilmu merupakan bukti keimanan dan jalan menuju kebenaran. Para ahli sufi juga membuat alur: ilmu akan membentuk sikap, sikap akan mendorong perbuatan. Sebagaimana pernyataan psikologi yang menyatakan ada alur antara pengetahuan, emosi dan perbuatan.

Prinsip Al Fahmu dengan 20 prinsipnya merupakan deklarasi bahwa Islam adalah solusi dan penyelesaian. Karena Islam adalah solusi maka kaedah-keidah yang ada dalam Al Fahmu ini akan menjadi kaedah dasar dalam melakukan segala aktiviti. Seperti halnya yang telah diterangkan pada prinsip pertama dalam rukun Al-Fahmu ini tentang Syumuliatul Islam:

“Islam adalah system yang syamil (menyeluruh) mencakup seluruh aspek kehidupan. Ia adalah Negara dan tanah air, pemerintahan dan umat, moral dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu pengetahuan dan hukum, materi dan kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, serta pasukan dan pemikiran. Sebagaimana ia juga aqidah yang murni dan ibadah yang benar, tidak kurang tidak lebih”

Prinsip pertama ini mengajarkan kepada kita bahwa aktiviti kita sehari-hari bukan hanya aktiviti semua yang tidak berlandaskan pada Islam, setiap muslim harus menyedari, mengetahui, meyakini dan mengamalkan Islam sesuai dengan kebesaran Islam itu sendiri. Sehingga semua permasalahan kehidupan baik yang yang peribadi dan yang lebih besar dari pada itu disandarkan pada tata aturan Islam.

Tidak ada pemisahan antara agama dan negara, seperti ungkapan ,” berikanlah hak negara kepada raja, dan berikanlah, hak agama kepada Tuhan.” Tidak akan pernah ada sekularisme dan liberalism dalam pemikiran dan aktivitas lainnya di muka bumi ini. Dan hal ini sepadan dengan firman Allah yang memerintahkan umat Islam untuk masuk ke dalam agama Islam secara kaffah.

Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (Al-Baqarah:208)

Pembahasan mengenai Rukun Al Fahmu dan 20 Prinsip ini sudah banyak sekali bertebaran di buku-buku yang ditulis oleh para pewaris Dakwah Imam Syahid Hasan Al Banna. Inti dari landasan Syar’i aktiviti berlandaskan Rukun Al Fahmu dapat kita ketahui di akhir rukun Al Fahmu ini Imam Syahid Hasan Al Banna menutupnya dengan kata-kata:

“Apabila saudaraku Muslim mengetahui agamanya dalam kerangka prinsip-prinsip tersebut, maka ia telah mengetahui makna dari Syi’arnya : Al Qur’an adalah undang-undang kami dan Rasul adalah Teladan kami. Artinya kerangka aktiviti hidup kita di dunia harus selalu berada dalam pedoman Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw.

Kepentingan ‘al Fahmu’

Al-Fahmu dalam diri setiap ikhwah adalah suatu keniscayaan, sebab ia dapat membantu keselamatan amal, baiknya penerapan dan memelihara pelakunya dari ketergelinciran.

Umar bin Abdul Azia berkata: “Barangsiapa yang beramal tanpa di dasari ilmu, maka unsur merusaknya lebih banyak daripada maslahatnya”. [Sirah wa manaqibu Umar bin Abdul Aziz, Ibnu Al-Jauzi; 250]

Orang yang ikhlas beramal tetapi tidak memiliki pemahaman yang benar dan tidak mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya mungkin dapat tersesat jauh. Rasulullah saw bersabda:

فقيه واحد أشد على الشيطان من ألف عابد

“Satu orang faqih itu lebih berat bagi syetan daripada seribu ahli Ibadah” [At-Tirmidzi: 5/46. Nombor:2641]

Umar bin Al-Khattab juga berkata: “Kematian seribu ahli ibadah yang selalu shalat malam dan berpuasa di waktu siang itu lebih ringan daripada kematian orang cerdas yang mengetahui hal-hal yang dihalalkan dan diharamkan oleh Allah”. [Jami' bayanil ilmi wal fadhlihi; Ibnu Abdul Barr: 1/26]

Rasulullah saw bersabda: “Semoga Allah memberi kecerahan pada wajah seseorang yang mendengar hadits dariku, lantas ia menghafalkannya hingga dapat menyampaikan kepada orang lain. sebab, terkadang seseorang membawa suatu pemahaman (ilmu) kepada orang yang lebih paham. Dan, terkadang orang yagn membawa sebuah ilmu bukan ulama.” [Abu Daud: 3/321. No. 3660 dan At-Tirmidzi: 5/33. No. 2656]

Allah SWT melebihkan satu nabi yang lain karena kedalaman pemahaman yang dianugrahkan kepadanya. Allah SWT berfirman: “Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat), dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu”. (Al-Anbiya:79)

Ibnu Abbas dimuliakan meski masih muda usianya, melebihi kebanykan tokoh-tokoh senior lainnya, karena pemahaman yang baik yang dikaruniakan Allah kepadanya. Sehingga, ia berhak menjadi anggota Majelis Syura Amirul Mukminin Umar bin Khattab saat itu.

Oleh karena itu, wahai saudaraku, berusahalah memiliki pemahaman yang benar dan cermat. pemahaman yang mencapai dasar urusan dan menempatkan sesuatu pada tempatnya, tanpa berlebih-lebihan dan tanpa meremehkan. Juga pemahaman yang jernih, murni, integral dan peripurna. Sebab, barangsiapa yang dikaruniai oleh Allah pemahaman yang benar, maka ia telah mendapatkan karunia yang banyak, keutamaan yang besar terhindar dari ketergelinciran dan terjaga dari penyimpangan.

Ibnu Al-Qayyim berkata: “Benarnya pemahaman dan baiknya tujuan merupakan nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Bahkan, hamba tidak dikarunia nikmat yang lebih utama setelah nikmat Islam melebihi kedua nikmat tersebut. Dua nikmat itu merupakan dua kaki dan tulang punggung Islam. Dengan keduanya, hamba terhindar dari jalan-jalan orang-orang yang dimurkai (yaitu orang-orang yang buruk tujuannya), dan dari orang-orang yang sesat (yaitu orang-orang yang buruk pemahamannya), serta akan menjadi orang-orang yang diberi nikmat (yaitu orang-orang yang baik pemahaman dan tujuannya). Merekalah orang-orang yang terbimbing di jalan yang lurus, di mana kita semua diperintahkan memohon kepada Allah dalam setiap shalat agar dibimbing ke jalan mereka.

Benar pemahaman merupakan cahaya yang disemayamkan oleh Allah dalam hati hamba-Nya. Dengannya , ia dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk; yang hak dan yang batil; petunjuk dan kesesatan penyimpangan dan kelurusan..” [A'alamul Muwaqqi'in; Ibnu Al-Qayyim: 1/187]

Islam Kaffah ” Marilah kita berusaha untuk menjadi Mukmin yang kaffah “

Masuklah kedalam Islam secara Kaffah

Al Baqarah 208-209

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.Tetapi jika kamu menyimpang (dari jalan Allah) sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. ( al- Baqarah : 208-209 ).

Inilah seruan kepada kaum mukminin dengan menyebut iman. Yaitu, sifat atau identitas yang paling mereka sukai, yang membedakan mereka dari orang lain dan menjadikan mereka unik serta menghubungkan mereka dengan Allah yang menyeru mereka itu. Seruan kepada orang orang beriman unfuk masuk Islam secara total’ Pemahaman pertama terhadap seruan ini ialah orang-orang mukmin harus menyerahkan diri secara total kepada Allah, dalam urusan yang kecil maupun yg besar. Hendaklah mereka menyerahkan diri dengan sebenar-benarnya secara keseluruhan, baik mengenai tashawur,’persepsi, pandangan’, pemikiran’ maupun perasaan, niat maupun amal’,kesenangan maupun ketakutan; dengan tunduk dan patuh kepada Allah, dan ridha kepada hukum dan qadha-Nya, tak tersisa sedikit pun dari semua ini untuk selain Allah. Pasrah yang disertai dengan ketaatan yang mantap, tenang, dan ridha. Menyerah kepada tangan (kekuasaan) yang menuntun langkah-langkahnya. Mereka percaya bahwa “tangan” itu menginginkan bagi mereka kebaikan, ketulusan’ dan kelurusan .

Mereka merasa tenang dan tenteram menempuh jalan itu ketika berangkat dan kembali di duniaataupun diakhirat .Arahan dakwah kepada orang-orang yang beriman ini juga mengisyaratkan bahwa di sana terdapat jiwa-jiwa (manusla) yang senantiasa memberontak dengan keragu-raguan untuk melakukan ketaatan yang mutlak baik secara sembunyi maupun terang-terangan Ini adalah hal yang biasa terdapat di dalam kelompok masyarakat, di samping itu ada jiwa-jiwa yang tenang, percaya kepada Allah, dan ridha’ Ini adalah seruan yang setiap waktu ditujukan kepada orang-orang yang beriman agar mereka menjadi suci dan bersih, tulus dan ikhlas, dan sesuai getaran getaran jiwa dan arah perasaannya dengan apa yang dikehendaki Allah bagi mereka dan juga agar sesuai dengan tuntutan nabi dan agama mereka dengan tanpa keraguan dan kebimbangan serta kegamangan. Ketika seorang muslim mematuhi ini dengan sebenar-benarnya berarti ia telah masuk ke alam kedamaian secara menyeluruh dan ke alam keselamatan secara total. Alam yang penuh kemantapan dan ketenangan, penuh keridhaan dan kemantapan tidak ada kebingungan dan kegoncangan, tidak ada kelinglungan dan kesesatan.

Damai dengan segala yang ada dan segala yang maujud’. Kedamaian yang berseri-seri dalam lubuk hati. Kedamaian yang membayang-bayangi kehidupan dan masyarakat ” kesejahteraan dan keselamatan di bumi dan langit .Keselamatan dan kedamaian yang pertama kali melimpah ke dalam hati melimpah dari tashaawwur-nya yang benar terhadap Allah Tuharnya memancar dari keindahan dan kelapangan tashawwurnya ini .Sesungguhnya, Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa yang kepada-Nya orang muslim menghadapkan arahnya dengan hati yang mantap. Maka jalannya kepada Nya tidak bercerai-berai, penghadapannya kepada Nva tidak berbilang (melainkan cuma satu) dan tidak diombang-ambingkan oleh tuhan ini dan tuhan itu ke sana ke mari sebagaimana ketuhanan berhala dalam jahiliah. Yang ada hanya satuTuhan tempat ia menghadap dengan penuh keyakinan dan kemantapan, dengan terang dan jelas. Dia ( Allah) adalah Tuhan Yang Mahakuat, Mahakuasa dan Mahaperkasa , Apabila seorang muslim menghadap kepada-Nya berarti ia menghadap kepada kekuatan yang sebenarnya yang cuma satu-satunya di alam semesta ini. Ia merasa aman dari semua kekuatan palsu, merasa tenang dan tenteram.. Ia tidak merasa takut kepada seseorang atau kepada sesuatupun. Ia hanya menyembah kepad.a Allah yang Mahakuat, Mahakuasa dan Mahaperkasa. Ia juga tidak khawatir kehilangan sesuatu dan tidak juga berambisi terhadap apa saja yang ada pada orang yang tidak berkuasa untuk mencegah atau memberi.

Dia adalah Tuhan Yang Mahaadil dan Mahabijaksana. Kekuatan dan kekuasaan-Nya merupakan jaminan dari kezaliman, hawa nafsu, dan merugikan hak orang lain. Ia tidak seperti tuhan-tuhan berhala dan kejahiliahan dengan bermacam-macam kemauan dan keinginannya. Dengan demikian, seorang muslim meninggalkan ketuhanan berhala dan berlindung kepada Allah, pilar yang kokoh, untuk mendapatkan keadilan, perlindungan, dan keamanan. Dia adalah Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Pemberi nikrnat dan Pemberi karunia ,Pengampun dosa dan Penerima tobat yang mengabulkan permohonan doa orang yang memohon kepada-Nya dan menghilangkan duka deritanya. Maka, seorang muslim di bawah naungan Allah merasa aman dan tenang, merasa selamat dan berhasil, disayangi kalau lemah, dan diampuni kalau bertobat. Demikianlah seorang muslim menjalani kehidupannya bersama sifat sifat Tuhannya yang dikenalkan oleh Islam kepadanya. Maka’ pada setiap sifat-Nya dia menemukan sesuatu yang menenangkan hatinya dan menenteramkan jiwanya. Dia menemukan sesuatu yang menjamin perlindungan, pemeliharaan kelemah lembutan, kasih sayang keperkasaan,ketahanan, kemantapan, dan keselamatan.

Begitulah Islam melimpahkan ke dalam hati orang muslim pandangan yang benar mengenai hubungan antara hamba dan Tuhan, antara Sang Pencipta dan alam semesta, serta antara alam semesta dan manusia . Maka Allah telah menciptakan alam ini dengan benar serta menciptakan segala sesuatu padanya dengan ukuran dan hikmah. Manusia diciptakan dengan bertujuan, tidak dibiarkan sia-sia telah disiapkan untuknya segala keadaan alam yang sesuai buatnya dan diciptakan pula segala sesuatu di bumi untuknya. Manusia adalah makhluk yang mulia dalam pandangan Allah. Dia adalah khalifah-Nya di muka bumi. Allah senantiasa menolongnya dalam menjalankan kekalifahannya ini, sedang alam sekitarnya merupakan teman yang baik baginya, saling merespons antara ruhnya dan ruh semesta, ketika kedua-duanya menuju kepada Allah-Tuhan Semestaa Alam. Dia diseru kepada festival Ilahi yang diadakan di langit dan bumi ini agar dia senang dan gembira . Dia juga diseru untuk saling berlemah-lembut dan berkasih sayang dengan segala sesuatu dan segala makhluk hidup di alarm yang besar ini. Yakni, semua yang bersorak-sorai dengan teman-teman yang sama-sama diseru seperti dia untuk ikut dalam festival ini, dan sama-sama meramaikannya..

Akidah yang menghentikan pemiliknya di depan tumbuhan kecil ini dan membisikkan kepadanya bahwa dia akan mendapatkan pahala kalau mau menyiramnya ketika ia sedang haus, membantunya unfuk berkembang, dan menghilangkan semua gangguan dari jalannya, adalah akidah yang indah lebih dari sekadar akidah yang mulia. Akidah yang menuangkan kedamaian didalam ruhnya, yang membebaskannya untuk berpelukan mesra dengan seluruh alam semesta, menebarkan keamanan dan kelembutan di sekitarnya, kasih sayang dan keselamatan. Keyakinan akan adanya alam akhirat memiliki peranan yang pokok di dalam mencurahkan keselamatan dan kedamaian ke dalam ruh orang mukmin dan dunianya. Juga berperanan dalam menghilangkan kegundahan, kebencian, dan keputusasaan.

Sesungguhnya perhitungan terakhir bukan di dunia ini dan pembalasan yang sempurna bukan di alam kehidupan yang sementara ini. Karena sesungguhnya perhitungan terakhir ada di sana dan keadilan yang mutlak terkandung di dalam perhitungan ini. Maka ia tidak menyesal kalau melakukan kebaikan dan berjihad di jalan Allah, tetapi belum tampak hasilnya atau belum mendapatkan balasannya. Ia tidak sedih dan bimbang kalau belum mendapatkan balasan yang sempurna dibandingkan orang lain dalam kehidupan ini, karena dia akan mendapatkannya secara sempurna menurut timbangan Allah. Dia juga tidak berputus asa untuk mendapatkan keadilan apabila di dalam perjalanan hidup yang pendek ini tidak mendapatkan bagian yang diinginkannya. Karena keadilan itu pasti akan terwujud, sedang Allah tidak hendak berbuat zalim kepada hamba -hamba-Nya .Keyakinan adanya akhirat juga menjadi penghalang baginya dari melakukan pertarungan gila-gilaan dan panas yang mengotori tata nilai dan segala sesuatu yang patut dihormati, dengan tidak merasa berat dan tidak merasa malu. Maka, di sana ada akhiral di sana juga ada karunia, kekayaan, dan penggantian terhadap segala sesuatu yang terlepas.

Pandangan yang demikian ini akan menimbulkan kedamaian dan keselamatan dalam lapangan perlombaan dan persaingan; tidak merasa paling baik daripada semua gerak-gerik orang yang ikut perlombaan; dan menganggap enteng semua perniagaan yang lepas dari perasaan bahwa safu-satunya kesempatan ialah usia yang pendek dan terbatas ini. Pengetahuan dan kesadaran seorang mukmin adalah bahwa tujuan keberadaan manusia adalah ibadah karena ia diciptakan untuk beribadah kepada Allah. Hal ini akan mengangkat derajatnya ke cakrawala yang terang benderang, akan mengangkat perasaan dan hati nuraninya akan mengangkat aktivitas-aktivitas dan amalnya dan akan menyucikan semua jalan dan sarananya. Maka, ibadahlah yang ia kehendaki ketika sedang melakukan aktivitas dan amalannya, bekerja dan mengeluarkan belanja menjalankan tugas kekhalifahannya di muka bumi, dan merealisasikan berlakunya manhaj Allah padanya , pantaslah kalau dia tidak mau berbuat curang dan durhaka tidak mau mengicuh dan menipu, tidak mau berbuat aniaya dan sewenang-wenang, tidak mau menggunakan caracara yang kotor dan hina, tidak mau tergesa-gesa dalam menempuh tahapannya, tidak mau menempuh jalan pintas (menyimpang dari kebenaran), dan tidak mau mengendarai kesulitan dalam urusannya.

Dia sangat serius melakukan tujuan ibadahnya dengan niat yang ikhlas dan beramal serta bekerja secara konstan (terus menerus) dalam batas-batas kemampuannya. Dengan semua ini, tidaklah berkobar-kobar rasa takut dan ambisi di dalam jiwanya serta tidak bergoncang jiwanya dalam menempuh setiap tahapan dalam perjalanannya. Maka dia beribadah dalam setiap langkahnya, dia mewujudkan tujuan keberadaannya dalam setiap getaran pikirannya dan dia naik menuju Allah dalam setiap aktivitas serta dalam semua lapangannya. Perasaan seorang mukmin selalu berjalan bersama takdir Allah dan selalu melaksanakan ketaatan kepada Allah untuk mewujudkan apa yang diinginkan oleh Allah. Perasaan ini akan menuangkan kedalam ruhnya ketenteraman, kedamaian, dan kemantapan, serta penerang jalannya ” Sehingga mereka tidak bingung, tidak gundah, dan tidak marah-marah dalam menghadapi kendala hambatan, dan kesulitan serta mereka tidak putus asa dari pertolongan dan bantuan Allah, dan juga tidak khawatir akan salah tujuan atau tersia-sia balasannya.

Oleh karena itu, ia merasakan kedamaian didalam jiwanya sehingga ia rela berperang menghadapi musuh musuh Allah dan musuh-musuhnya. Sebab, ia berperang karenaAllah, dijalan Allah, dan untuk menjunjung tinggi agama Allah. Ia tidak berperang untuk mendapatkan kedudukan, harta rampasan, memenuhi ambisi, atau untuk mendapatkan kekayaan kehidupan dunia. Demikian pula perasaannya bahwa dia berjalan pada sunatullah bersama seluruh alam ini. Undang-undang alam adalah undang-undangnya iuga arah alam adalah arahnya juga” (arena itu, tidak berbentuan dan tidak bertentangan, dan tidak boleh mengeksploitasi alam dengan sewenang-vvenang. Seluruh kekuatan alam adalah untuk kekuatannya dengan cahaya yang mengarahkan dirinya. Kekuatan alam ini pun menuju kepada Allah bersamanya . Tugas-tugas yang diwajibkan oleh Islam kepada orang muslim semuanya bersumber dari fitah dan untuk meluruskan fitrah itu, tidak melampaui batas kemampuannya tidak acuh terhadap tabiat dan kejadian manusia tidak mengabaikan satupun potensi manusia dengan tidak membebaskannya untuk beramal, membangun, dan berkembang. Taklif Islam juga tidak melupakan satu pun kebutuhan jasmani dan rohaninya. Tidak pula merajalelakannya dalam kemudahan, kebebasan, dan kelaparan.

Oleh karena itu, ia tidak bingung dan tidak gundah di dalam menghadapi tugas – tugasnya Ia mengembannya sesuai dengan kemampuannya dan ia berjalan di jalannya menuju kepada Allah dengan tenang, bahagia dan damai. Masyarakat yang dibangun oleh manhaj Rabbani ini berada dalam naungan peraturan yang bersumber dari akidah yang bagus dan mulia ini Mereka berada di bawah jaminan –jaminan yang meliputi iiwa kehormatan, dan hartabenda . Semuanya menebarkan keselamatan dan jiwa kedamaian. Demikianlah masyarakat yang saling menyayangi dan saling mencintai, yang saling berhubungan dengan berjalin berkelindan, saling menjamin, dan saling setia Inilah tipe masyarakatyang hendak diwujudkan oleh Islam, dalam bentuknya yang palingtinggi dan paling bersih. Kemudian” diwujudkannya dalam aneka macam bentuk menurut masanya, dengan tingkat-tingkat kejernihan yang berbeda. Akan tetapi secara keseluruhan lebih baik daripada masyarakat lain yang dibentuk oleh kejahiliahan dalam masa lampau ataupun masa sekarang. Juga lebih baik dari semua masyarakat yang dilumuri oleh kejahiliahan ini dengan segala pandangan dan tatanan keduniawiannya. Inilah masyarakat yang diikat dengan unsur akidah yang meleburkan semua unsur kesukuan dan kebangsaan, bahasa dan warna kulit dan semua unsur baru yang tidak ada hubungannya dengan esensi manusia .

Sayyid Quthb , Tafsir Fi-Zhilalil Quran , Jilid 1 hal 245

Sebuah Kebenaran Kecil

Sebuah KEBENARAN KECIL Apa yang membuat hidup sobat semua menjadi 100% jika alfabet di beri sebuah nilai mulai dengan huruf a=1, b=2, ...