Tampilkan postingan dengan label uing. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label uing. Tampilkan semua postingan

Senin, 16 April 2012

Naon we hayang nyaho wae

   Teu karasa nya. padahal asa karek kamari kuring asup gawe di di ieu tempat. Ayeuna geus tereh sataun deui. Begitu banyak suka duka yang sudah dilalui bersama babaturan yang senantiasa babarengan.
Lain. jadi inget basa mimiti asup gawe kadieu. padahal kuring gawe didieu teh lain sakaba2 nyiar artos kengge tuang. Tapi kuring ngabogaan hiji misi anu kacida pentingna. Tapi naha atuh dugi ka kiwari tacan wae meunang mad'u nu tetep.
   Padahal mah mun dipikir-pikir, loba waktu keur dakwah mah. Ngan teuing setan naon atuh nu asup kana raga kuring nepi ka poho jeung hoream. Padahal mah bisa bari nyalse oge. Da mineng nyalse mah. Atuh hese2 oge bisa meureun mun geus beres gawean. Biasana sok aya waktu keur ngobrol. Naha atuh lain dibalieurken wae kana tujuan dakwah atuh nya???
  Sumpah. kuring hayang siga batur. Mad'u numpuk. Prospek ngeunaheun. Ikhwan loba. Ngan naha kuring kalahka ngajauhan kana eta misi. Tapi kuring didieu ge embung cicing. Hayang aya nu nyangsang hiji mah. Minimal ngarti kana maksud kuring ngobrolan baturan nu jadi target.
  Tapi alhamdulillah kuring nambahan babaturan deui ayeuna. Kuring ayeuna bisa kuliah. Alhamdulillah ya. Sesuatu banget. Sugan we di kampus, baturan oge aya nu nyangsang.
  Eh enya, sakali deui alhamdulillah. Kuring ayeuna bisa kuliah. Dimimitian ku nawaitu. Sugan we ridho Gusti marengan dina sagala laku lampah kuring. Kuring hayang ngabuktikeun. yen kuring oge bisa sukses ku kesang kuring sorangan. kan kuring geus jangji ka diri kuring. Kuring embung jadi benalu keur batur. Kuring hayang ngasaan sukses meunang hese payah kuring sorangan.
  Semoga sajah Ya Allah. niat jeung lengkah kuring di alam dunya ieu, senantiasa dalam bimbingan-MU Ya Allah.

Amiin.

Selasa, 01 November 2011

ahhhhh. birokrasi. lieur mikiranna ge. geus puguh aturanna riweuh. ayeuna tambah riweuh deui ku aturan nu sakirana bisa diatasi, kalahka beuki dililieur. geus ah. bisai beuki rieut!!!

Sabtu, 20 Agustus 2011

Fenonema Facebook (rugi jika tak baca)

Tanpa kita sadari, setan menggangu kita melalui situs ini. Jika kita tidak berhati-hati dan koreksi diri kita dapat terjerumus dalam berbagai dosa & maksiat. Demi Masa, sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.



Ketika perpecahan keluarga menjadi tontonan yang ditunggu dalam sebuah episode infotainment setiap hari.



Ketika aib seseorang ditunggu-tunggu ribuan mata bahkan jutaan dalam berita-berita media massa.



Ketika seorang celebritis dengan bangga menjadikan kehamilannya di luar pernikahan yang sah sebagai ajang sensasi setan yang ditunggu-tunggu ...’siapa calon bapak si jabang bayi?’



Ada kabar yang lebih menghebohkan, lagi-lagi seorang celebritis yang belum resmi berpisah dengan suaminya, tanpa rasa malu berlibur, berjalan bersama pria lain, dan dengan mudahnya mengolok-olok suaminya.



Wuiih......mungkin kita bisa berkata ya wajarlah artis, kehidupannya ya seperti itu, penuh sensasi. Kalau perlu dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi, aktivitasnya diberitakan dan dinikmati oleh publik.



Wuiiih......ternyata sekarang bukan hanya artis yang bisa seperti itu, sadar atau tidak, ribuan orang sekarang sedang menikmati aktivitasnya, apapun, diketahui orang , dikomentarin orang bahkan mohon maaf ....’dilecehkan’ orang, dan herannya perasaan yang didapat adalah kesenangan.



Fenomena itu bernama facebook , setiap saat para facebooker meng update statusnya agar bisa dinikmati dan dikomentarin lainnya. Lupa atau sengaja hal-hal yang semestinya menjadi konsumsi internal keluarga, menjadi kebanggaan di statusnya. Lihat saja beberapa status facebook :



Seorang wanita menuliskan “Hujan-hujan malam-malam sendirian, enaknya ngapain ya.....?” ------ kemudian puluhan komen bermunculan dari lelaki dan perempuan, bahkan seorang lelaki temannya menuliskan “Mau ditemanin? Dijamin puas deh...”



Seorang wanita lainnya menuliskan “Bangun tidur, badan sakit semua, biasa....habis malam jumat ya begini...” kemudian komen2 nakal bermunculan...



Ada yang menulis “ bete nih di rumah terus, mana misua jauh lagi.... ”, ----kemudian komen2 pelecehan bermunculan.



Ada pula yang komen di wall temannya “ eeeh ini si anu ya ...., yang dulu dekat dengan si itu khan? Aduuh dicariin tuh sama si itu....” ----lupa klu si anu sudah punya suami dan anak-anak yang manis.



Yang laki-laki tidak kalah hebat menulis statusnya “habis minum jamu nih...., ada yang mau menerima tantangan ? ’----langsung berpuluh2 komen datang.



Ada yang hanya menuliskan, “lagi bokek, kagak punya duit...”



Ada juga yang nulis “ mau tidur nih, panas banget...bakal tidur pake dalaman lagi nih ” .

Dan ribuan status-status yang numpang jahilliyah dan pengin ada komen-komen dari lainnya.



Dan itu sadar atau tidak sadar dinikmati oleh indera kita, mata kita, telinga kita, bahkan pikiran kita.



Ada yang lebih kejam dari sekedar status facebook, dan herannya seakan hilang rasa empati dan sensitifitas dari tiap diri terhadap hal-hal yang semestinya di tutup dan tidak perlu di tampilkan.



Seorang wanita dengan nada guyon mengomentarin foto yang baru sj di upload di albumnya, foto-foto saat SMA dulu setelah berolah raga memakai kaos dan celana pendek.....padahal sebagian besar yg di dalam foto tersebut sudah berjilbab



Ada seorang karyawati mengupload foto temannya yang sekarang sudah berubah dari kehidupan jahiliyah menjadi kehidupan islami, foto saat dulu jahiliyah bersama teman2 prianya bergandengan dengan ceria....



Ada pula seorang pria meng upload foto seorang wanita mantan kekasihnya dulu yang sedang dalam kondisi sangat seronok padahal kini sang wanita telah berkeluarga dan hidup dengan tenang.



Rasanya hilang apa yang diajarkan seseorang yang sangat dicintai Allah...., yaitu Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, Rasulullah kepada umatnya. Seseorang yang sangat menjaga kemuliaan dirinya dan keluarganya . Ingatkah ketika Rasulullah bertanya pada Aisyah radhiyallahu 'anha:



“ Wahai Aisyah apa yang dapat saya makan pagi ini?” maka Istri tercinta, sang Humairah, sang pipi merah Aisyah menjawab, “ Rasul, kekasih hatiku, sesungguhnya tidak ada yang dapat kita makan pagi ini”. Rasul dengan senyum teduhnya berkata, “Baiklah Aisyah, aku berpuasa hari ini”. Tidak perlu orang tahu bahwa tidak ada makanan di rumah rasulullah....



Ingatlah Abdurahman bin Auf radhiyallahu 'anhu mengikuti Rasulullah berhijrah dari mekah ke madinah, ketika saudaranya menawarkannya sebagian hartanya, dan sebagian rumahnya, maka abdurahman bin auf mengatakan, tunjukan saja saya pasar. Kekurangannya tidak membuat beliau kehilangan kemuliaan hidupnya. Bahwasanya kehormatan menjadi salah satu indikator keimanan seseorang, sebagaimana Rasulullah, bersabda, “Malu itu sebahagian dari iman”. (Bukhari dan Muslim).



Dan fenomena di atas menjadi Tanda Besar buat kita umat Islam, hegemoni ‘kesenangan semu’ dan dibungkus dengan ‘persahabatan fatamorgana’ ditampilkan dengan mudahnya celoteh dan status dalam facebook yang melindas semua tata krama tentang malu, tentang menjaga Kehormatan Diri dan keluarga .

Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menegaskan dengan sindiran keras kepada kita



“Apabila kamu tidak malu maka perbuatlah apa yang kamu mau.” (Bukhari).



Arogansi kesenangan semakin menjadi-jadi dengan tanpa merasa bersalah mengungkit kembali aib-aib masa lalu melalui foto-foto yang tidak bermartabat yang semestinya dibuang saja atau disimpan rapat.



Bagi mereka para wanita yang menemukan jati dirinya, dibukakan cahayanya oleh Allah sehingga saat di masa lalu jauh dari Allah kemudian ter inqilabiyah – tershibghoh, tercelup dan terwarnai cahaya ilahiyah, hatinya teriris melihat masa lalunya dibuka dengan penuh senyuman, oleh orang yang mengaku sebagai teman, sebagai sahabat.



Maka jagalah kehormatan diri, jangan tampakkan lagi aib-aib masa lalu, mudah-mudahan Allah menjaga aib-aib kita.



Maka jagalah kehormatan diri kita, simpan rapat keluh kesah kita, simpan rapat aib-aib diri, jangan bebaskan ‘kesenangan’, ‘gurauan’ membuat Iffah kita luntur tak berbekas.



catatan



***" Iffah (bisa berarti martabat/kehormatan) adalah bahasa yang lebih akrab untuk menyatakan upaya penjagaan diri ini. Iffah sendiri memiliki makna usaha memelihara dan menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak halal, makruh dan tercela."



Sumber : FTJAI



Judul Asli : Ketika Iffah mulai luntur (dibalik fenomena facebook)

---------------------------------------------------------------------------------------------

Beberapa orang sering dgn mudahnya meng-up date status mereka dgn kata-kata yg tidak jelas" entah apa tujuannya selain untuk numpang beken, cari perhatian dan pengin ada komen-komen dari lainnya".

> Dingin . . .

> B.E.T.E. . . .

> Capek

> Puanass buaget neh !

> Arghhh .. . !!!!

> Gile tuh org !

> . . .

> Aku masih menanti . . .

etc....



***************************************************************

Mohon kiranya untuk men-tag ataupun men-sharing artikel ini dengan orang yang Anda kasihi demi kebaikan kita bersama.



“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.”( HR Muslim)



Apabila ada kebaikan dalam catatan ini, maka sebaiknya mari kita SEBARKAN untuk dibaca oleh orang yg kita cintai



“Orang yang menyeru (menyuruh/menasehatkan) kepada kebaikan akan memperoleh pahala seperti orang yang mengamalkan seruannya, tanpa mengurangi pahala orang yang mengamalkan sedikitpun. Sebaliknya, orang yang menyeru kejahatan akan mendapatkan dosa seperti orang yang mengamalkannya, tanpa mengurangi dosa orang yang mengamalkannya sedikitpun.” (HR. Muslim)



(M. H. Anggana Deh).

--------------------------

Tambahan:



Waktu yang Sia-sia Di Depan Facebook



Saudaraku, inilah yang kami ingatkan untuk para pengguna facebook. Ingatlah waktumu! Kebanyakan orang betah berjam-jam di depan facebook, bisa sampai 5 jam bahkan seharian, namun mereka begitu tidak betah di depan Al Qur’an dan majelis ilmu. Sungguh, ini yang kami sayangkan bagi saudara-saudaraku yang begitu gandrung dengan facebook. Oleh karena itu, sadarlah!!

Semoga beberapa nasehat ulama kembali menyadarkanmu tentang waktu dan hidupmu.



Imam Asy Syafi’i rahimahullah pernah mengatakan:



“Aku pernah bersama dengan seorang sufi. Aku tidaklah mendapatkan pelajaran darinya selain dua hal. Pertama, dia mengatakan bahwa waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memotongnya (memanfaatkannya), maka dia akan memotongmu.”



Lanjutan dari perkataan Imam Asy Syafi’i di atas:



“Kemudian orang sufi tersebut menyebutkan perkataan lain: Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil).” (Al Jawabul Kafi, 109, Darul Kutub Al ‘Ilmiyah).



Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:



“Waktu manusia adalah umurnya yang sebenarnya. Waktu tersebut adalah waktu yang dimanfaatkan untuk mendapatkan kehidupan yang abadi dan penuh kenikmatan dan terbebas dari kesempitan dan adzab yang pedih. Ketahuilah bahwa berlalunya waktu lebih cepat dari berjalannya awan (mendung). Barangsiapa yang waktunya hanya untuk ketaatan dan beribadah pada Allah, maka itulah waktu dan umurnya yang sebenarnya. Selain itu tidak dinilai sebagai kehidupannya, namun hanya teranggap seperti kehidupan binatang ternak.”



Ingatlah … Kematian Lebih Layak Bagi Orang yang Menyia-nyiakan Waktu.



Ibnul Qayyim mengatakan perkataan selanjutnya yang sangat menyentuh qolbu:



“Jika waktu hanya dihabiskan untuk hal-hal yang membuat lalai, untuk sekedar menghamburkan syahwat (hawa nafsu), berangan-angan yang batil, hanya dihabiskan dengan banyak tidur dan digunakan dalam kebatilan, maka sungguh kematian lebih layak bagi dirinya.” (Al Jawabul Kafi, 109)



Marilah Memanfaatkan Facebook untuk Dakwah



Inilah pemanfaatan yang paling baik yaitu facebook dimanfaatkan untuk dakwah. Betapa banyak orang yang senang dikirimi pesan nasehat agama yang dibaca di inbox, note atau melalui link mereka. Banyak yang sadar dan kembali kepada jalan kebenaran karena membaca nasehat-nasehat tersebut.



Jadilah orang yang bermanfaat bagi orang lain apalagi dalam masalah agama yang dapat mendatangkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.



Dari Jabir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,



خيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ



“Sebaik-baik manusia adalah yang paling memberikan manfaat bagi orang lain.” (Al Jaami’ Ash Shogir, no. 11608)



Dari Abu Mas’ud Al Anshori, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,



مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ



“Barangsiapa memberi petunjuk pada orang lain, maka dia mendapat ganjaran sebagaimana ganjaran orang yang melakukannya.” (HR. Muslim).



Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,



لأَنْ يَهْدِىَ اللَّهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ



“Jika Allah memberikan hidayah kepada seseorang melalui perantaraanmu maka itu lebih baik bagimu daripada mendapatkan unta merah (harta yang paling berharga orang Arab saat itu).” (HR. Bukhari dan Muslim)



Lihatlah saudaraku, bagaimana jika tulisan kita dalam note, status, atau link di facebook dibaca oleh 5, 1o bahkan ratusan orang, lalu mereka amalkan, betapa banyak pahala yang kita peroleh. Jadi, facebook jika dimanfaatkan untuk dakwah semacam ini, sungguh sangat bermanfaat.



Penutup: Nasehat Bagi Para Pengguna Facebook



Faedah dari perkataan Imam Asy Syafi’i:



“Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil)”.(Al Jawabul Kafi, 109)



Kami hanya bisa berdoa kepada Allah, semoga Allah memberikan taufik dan hidayah bagi orang yang membaca tulisan ini. Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk memanfaatkan waktu dengan baik, dalam hal-hal yang bermanfaat.



Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.



Rujukan:



Al Jawabul Kafi, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, Darul Kutub Al ‘Ilmiyah

Al Qowa’id wal Ushul Al Jaami’ah, Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, Darul Wathon Lin Nasyr

Jam’ul Mahshul fi Syarhi Risalah Ibni Sya’di fil Ushul, Abdullah bin Sholeh Al Fauzan, Dar Al Muslim

Risalah Lathifah, Abdurrahman bin Nashir As Sa’di



***

Al Faqir Ilallah: Muhammad Abduh Tuasikal

Disusun di Mediu Learning Center, Rabu, 10 Jumadits Tsani 1430 H

----------------------------------------------------



Bagi teman-teman yang ingin share, silakan langsung saja. Semoga Allah Ta'ala membalas partisipasi teman-teman sekalian dengan kebaikan yang banyak dan memberkahi teman-teman sekalian, Allahuma amin



Allah Ta'ala berfirman:



وَالْعَصْرِ إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ



"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran." (Al-'Ashr: 1-3)

Senin, 10 Mei 2010

Kepada Para Hamba Thagut

"Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu merasa kesakitan, maka sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (an-Nisa’:104)"

Minggu, 02 Mei 2010
Kepada Para Hamba Thagut
Wahai kalian yang menjadi hamba Thagut ! Janganlah kamu mengira bahwa diri kamu masuk ke dalam golongan mereka yang menjadi ahli Allah. Kamu telah menghambakan diri kamu kepada selain kepada Alloh, sedangkan mereka menghambakan diri mereka kepada Allah SWT. Kamu menghendaki dunia, sedangkan mereka menghendaki akhirat. Kamu hanya melihat dunia ini saja, sedangkan mereka melihat Tuhan yang menjadikan langit dan bumi. Kesenanganmu terletak pada mahluk, sedangkan kesenangan mereka terletak pada dakwah dan jihad di jalan Allah. Hati kamu terikat kepada Dunia, tetapi hati mereka terikat kepada Allah Yang Maha Agung. Mereka telah mencapai tujuan hidup dan mendapatkan kesejahteraan, sedangkan kamu masih saja terbenam di dalam nafsu keduniaanmu.

Mereka terasing dari keramaian, dari nafsu keduniaan dan dari kehendak mereka sendiri. Sehingga dengan demikian, mereka dapat sampai ke hadlirat Illahi yang memberi mereka kekuatan untuk mencapai puncak wujud mereka, seperti menta’ati dan memuji Allah. Inilah karunia Illahi yang diberikan-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Mereka menjadikan keta’atan kepada Allah dan pujian terhadap-Nya sebagai kewajiban mereka. Mereka berpegang teguh kepada-Nya dengan pertolongan yang diberikan-Nya kepada mereka. Semua ini mereka lakukan tanpa mengalami kesukaran apa-apa. Maka jadilah ketaatan mereka itu sebagai nyawa dan santapan mereka.

Dakwah dan jihad menjadi berkat bagi mereka dan memberikan nikmat kepada mereka, seakan-akan dakwah dan jihad ini telah menjadi surga bagi mereka. Karena, Orang-orang ini membekali diri dengan kekuatan yang ada di bumi dan di langit, serta menyenangkan mereka yang telah mati dan masih hidup. Karena Tuhan mereka telah menjadikan mereka seperti pasak bumi (gunung) yang dijadikan-Nya ini. Oleh karena itu, mereka menjadi seperti gunung yang berdiri dengan megah dan agung. Janganlah kamu mengacau mereka dan jangan pula kamu menghalangi perjalanan mereka yang ibu-bapak dan sanak-saudara mereka tidak dapat menyelewengkan mereka dari tujuan mereka. Mereka adalah orang-orang terbaik yang dijadikan Allah di muka bumi ini. Keridhaan dan kesejahteraan dikaruniakan oleh Allah kepada mereka, selagi langit dan bumi masih ada. Sedangkan kalian benar-benar dalam kesesatan yang nyata, maka bertobatlah, tinggalkan Thagut dan bertakwalah kepada Alloh saja, maka kalian akan juga merasakan apa yang mereka rasakan….damai dalam naungan cinta dan kasih sayang Alloh.

Jalan Hirup Jalma

Rupa-rupa pisan jalma mah. Masing-masing jalma pasti ngabogaan hal-hal anu beda. Masing-masing jalma ngabogaan pamadegan jeung cekelanana sewang-sewangan. Jalma ngabogaan lalakon hirupna sewang-sewangan. Aya anu kitu, aya anu kieu.

Anu jadi beda diantara hiji jalma reujeung jalma sejenna teh, salasahiji contona nyaeta jalan hirup anu dilakokan ku masing-masing jalma. Ngan intina mah, saur pun guru, jalan anu ku jelema disorang salila hirupna teh aya tilu rupa. Enya, jalan hirup jalma mah ngan ukur tilu rupa jalan.

Naon wae atuh…?

Sakumaha Pidawuh Gusti Nu Maha Agung dina Quran surat Al-Fatihah ayat 6-7, anu pihartoseunana kirang langkung:

Tuduhkeun abdi ka jalan anu lempeng. Nyaeta jalanna jalma-jalma anu disinugrahan kani’matan, lain jalanna jalma-jalma nu dibendon jeung jalma-jalma nu sasab (QS. Al-Fatihah: 6-7)

Nurutkeun ieu ayat, jalan anu disorang ku jalma anu hirup di dunya teh aya tilu rupa nyaeta jalan anu lempeng, jalan anu dipikabendon jeung jalan anu kasasar. Jadi dina ngajalankeun kahirupanana teh, moal leupas tina eta jalan. Lamun henteu ngaliwatan jalan anu lempeng tangtuna oge ngaliwatan jalan anu dipikaceuceun ku Alloh atawa jalan anu kasasar.

Ari jalan anu lempeng teh nyaeta jalanna jalma-jalma anu geus dibere kani’matan ku Alloh, jalanna para Nabi jeung jalma-jalma anu turut tumut kana jalan anjeunna. Tah jalan anu lempeng ieu teh jadi jalan anu kudu disorang ku jalma-jalma anu hayang salamet dunya rawuh aherat. Jalan ieu teh jalan anu dipikarido ku Alloh.

Sedengkeun jalan anu dua deui mah nyaeta jalan anu teu dipikarido ku Allah. Ari jalanna jalma-jalma anu dipikabendo ku Alla nyaeta jalan hirup jalma-jalma anu ngabogaan elmu tapi teu diamalkeun. Jalma-jalma anu nyorang jalan ieu mah jalma anu ngarti kana elmu reujeung bebeneran, tapi kahirupanana teu sarua reujeung naon anu aya dina pangartina. Maranehna teh nyokot jalan anu papalingpang antara naon anu geus dipikanyaho yen eta teh bener reujeung dina prak-prakan lalampahanana. Ari jalan jalma-jalma anu kasasar mah jalma anu teu ngabogaan elmu atawa kanyaho. Ari lalampahanana mah hayang bener, tapi kusabab henteu ngabogaan elmuna, jadi wae nyasab.

Pikeun urang mah, nya tinggal milih wae hayang jalan anu mana. Da eta mah pilihan pikeun jalma anu hirup di dunya ieu. Lamun hayang salamet dunya aherat, tangtuna oge kudu milih jalan anu lempeng. Tapi sanajan ieu jalan teh disorang ku jalma-jalma anu dibere kani’matan, lain hartina jalma-jalma anu ngaliwatan jalan ieu teh bakal nari’mat, da kabuktinaana loba keneh jalma anu milih jalan anu dipikabendu ku Alloh atawa milih jalan anu sasab. Jalan anu lempeng ieu mah ni’matna teh lain diniley ku kani’matan nafsu, tapi ku kani’matan ngalakonan hirup anu sabenerna. Hirup anu bener-bener aya dina kahirupan nyata nyaeta pikeun neruskeun jalan anu disorang ku para Nabi dina merjuangkeun ajaran anu dibawa ku aranjeunna.

Jangan Menyembah/Mengikuti Thagut

Thagut, itu sebenarnya apa? Kenapa kita harus waspada terhadap Thagut?
Bagi sebagian besar yg sudah mengetahui atau pernah mendengarnya, Thagut adalah salah satu berhala yg disembah oleh manusia. Persepsi ini muncul, karena memang ada ayat yg berbunyi ,"...dan janganlah kalian menyembah Thagut...".
Lalu apakah Thogut itu?

Memang, perlu diakui dalam ajaran Islam pada konteks ilmu tawhiyd hampir sebagian besar ilmu Ketuhanan disampaikan dalam bentuk simbolisasi, dan simbolisasi ini dimaksudkan untuk membedakan antara orang-orang yg memberdayakan akal serta pikirannya dengan orang-orang yg belum memberdayakan akal-pikirannya untuk memahami hakekat penciptaan dan keberadaan manusia.
Seperti halnya shalat, gerakan/posisi badan memiliki makna dan tujuan di setiap rukunnya, begitu pula dengan ibadah-ibadah ritual lainnya seperti shaum, zakat dan ber-hajj ke tanah suci, masing-masing memiliki simbol tersendiri. Dan semuanya hanya bisa dipahami dgn mendayagunakan akal-pikiran serta kebersihan hati agar dapat dipahami maksud dan tujuannya.
Lalu Thagut itu apa?
Menurut arti katanya, thagut itu berarti berlebihan, melampaui takaran atau melewati batas. Seperti telah dimaklumi bersama, apapun yg berlebihan, melampaui takaran atau melewati batas akan merugikan pelakunya, dan ini berlaku untuk semua hal termasuk apa-apa yg halaal dan haram. Apa pun itu bentuknya jika aturan ini dilanggar akan mengakibatkan kerusakkan terutama bagi pelakunya.
Demikianlah Allah Azza wa Jalla mengajari manusia untuk tidak menyembah dan mempersembahkan amal perbuatannya selain kepada-Nya, dengan makna dan tujuan yg sudah jelas yaitu keselamatan dan kebahagiaan hakiki bagi semua hamba-Nya dari awal hingga akhir.

Semoga bermanfaat.

Menolak Hukum Thagut

[Menolak Hukum Thagut]

Menolak Hukum Thagut
Oleh : Ust Rokhmat S. Labib M.E.I.

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah mengimani apa saja yang telah diturunkan kepadamu dan apa saja yang telah diturunkan sebelum kamu. Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah untuk mengingkari thaghut itu. Setan bermaksud menyesatkan mereka sejauh-jauhnya. (QS An Nisa’[4] : 60)

Sabab Nuzul

Diriwayatkan dari asy-Sya'bi, bahwa ada orang munafik dan orang Yahudi terlibat perselisihan. Orang Yahudi mengajak orang munafik kepada Nabi saw. karena mengetahui bahwa Beliau tidak menerima risywah (suap). Adapun orang munafik justru mengajak orang Yahudi kepada hakim-hakim mereka karena mengetahui hakim-hakim itu menerima suap. Ketika keduanya berselisih, akhirnya mereka bersepakat untuk berhakim di Juhainah. Kemudian turunlah ayat ini hingga ayat 65.1

Diriwayatkan ats-Tsa'labi dari Ibnu Abbas:

Ayat ini turun berkenaan dengan orang munafik bernama Basyar yang berselisih dengan orang Yahudi. Orang Yahudi mengajak berhakim kepada Nabi saw., sedangkan orang munafik mengajak kepada Ka'ab bin Asyraf. Akhirnya, mereka berhakim kepada Nabi saw. Dalam keputusannya, Beliau memenangkan orang Yahudi. Orang munafik tidak ridha dengan keputusan itu, seraya berkata, "Marilah kita berhakim kepada Umar bin al-Khaththab."

Ketika menghadap Umar, orang Yahudi berkata, "Rasulullah saw. telah memenangkanku. Namun, dia tidak rela dengan keputusan itu."

Umar bertanya kepada orang munafik, "Benarkah demikian?"

Dijawab, "Ya."

Umar berkata, "Tetaplah kamu di tempatmu hingga aku keluar."

Umar masuk, lalu mengambil pedangnya. Kemudian keluar dan memenggal leher orang munafik hingga mati seraya berkata, "Inilah keputusanku bagi orang yang tidak ridha dengan keputusan Allah dan Rasul-Nya."

Lalu turunlah ayat ini.2

Tafsir Ayat

Allah Swt. berfirman: Alam tara ila al-adzi'na yaz'umuna (Apakah kamu tidak nemperhatikan orang-orang yang mengaku). Seruan ayat ini ditujukan kepada Rasulullah Saw.,3 juga berlaku umum untuk seluruh umatnya. Sebab, seruan kepada Rasulullah saw. adalah seruan bagi umatnya. Penggunaan kata tara (kamu memperhatikan) menunjukkan bahwa orang-orang yang diberitakan itu benar-benar ada dalam realita sehingga bisa dilihat siapa pun.

Secara bahasa, kata al-za’m. atau al-zu'm bisa digunakan untuk pernyataan yang benar maupun dusta. Namun, dalam perkembangannya, kata itu banyak digunakan untuk pernyataan dusta.4 Jika dikaitkan dengan keseluruhan ayat ini, tampak jelas bahwa al-za’m di sini menunjuk pada pernyataan dusta. Nizhamuddin an-Naisaburi bahkan berani memastikan, kesimpulan itu telah menjadi kesepakatan (ittifaq).5

Bentuk istifham (kalimat tanya) pada ayat ni kian menguatkan makna tersebut. Sebagaimana disampaikan beberapa mufassir, bentuk istifham itu memberikan makna li al-inkar (menunjukkan pengingkaran). Sebagaimana dijelaskan Ibnu Katsir dan az-Zuhaili, ini merupakan pengingkaran dari Allah Swt. terhadap orang-orang yang mengaku mengimani apa yang telah diturunkan kepada Rasul-Nya dan kepada para nabi terdahulu, namun mereka Justru berhukum pada selain Kitabullah dan sunnah Rasul.6 Ayat ini juga merupakan celaan terhadap mereka;7 bisa pula berarti ta'jib. untuk menyatakan keheranan.8 Semua makna tersebut menunjukkan kedustaan pengakuan keimanan mereka.

Mereka telah memberikan pengakuan dusta tentang keimanan mereka terhadap kitab-kitab-Nya. Allah Swt. berfirman: annahum amanu bima unzila ilayka (dirinya telah mengimani apa saja yang telah diturunkan kepadamu). Apa yang diturunkan kepada Rasulullah saw. tidak lain adalah al-Quran. Adapun firman Allah Swt.: wama unzila min qablika (dan apa yang telah diturunkan sebelum kamu) meliputi semua kitab yang diturunkan sebelumnya9 seperti Taurat, Zabur, atau Injil.

Meskipun mereka mengaku demikian, perilaku dan sikap yang ditampakkan oleh mereka justru kontradiktif. Mereka tidak merujuk pada kitab yang mereka imani, namun meminta keputusan kepada thaghut. Allah Swt. berfirman: yuriduna an yatahakamu ila al-thaghut (Mereka hendak berhakim kepada thaghut).

Secara bahasa, kata thaghut berasal dari thagha (melampaui batas). Makna ini terdapat dalam QS al-Haqqah [69]: 11. Menurut al-Asfahani, kata tersebut digunakan untuk menunjukkan tajawaz al-hadd fi al-‘ishyan (tindakan melampaui batas dalam kedurhakaan).10 Makna ini terdapat dalam banyak

ayat al-Quran, seperti dalam firman Allah Swt.

Pergilah kepada Fir'aun; sesungguhnya dia telah melampaui batas (QS Thaha [20]: 24).

Kata tersebut terdapat juga dalam QS Thaha [20]: 43, al-Naziat [79]: 17, al-'Alaq [96]: 6, dan al-Kahfi [ 18]: 80. Kata thagha yang digunakan dalam semua ayat itu mengandung pengertian tindakan melampaui batas dalam kedurhakaan. Oleh karena itu, kata thaghut juga diartikan sebagai al-katsir al-thughyan (yang banyak melampaui batas dalam kedurhakaan).11 Menurut al-Jazairi, al-thaghut berarti semua yang disembah selain Allah Swt. (kullu ma ‘ubida min duni Allah). Al-Asfahani juga memaknainya sebagai kullu mu'tad[in] wa kullu ma'bud[in] min duni Allah (setiap yang melampaui batas dan setiap yang disembah selain Allah Swt.).12

Dalam banyak ayat, kata thaghut memang sering dihadapkan dengan lafazh al-jalalah, Allah Swt., seperti dalam firman-Nya:

Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul kepada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thaghut itu.”(QS al-Nahl [16]: 36).

Dalam ayat ini, perintah menyembah Allah Swt dilawankan dengan perintah menjauhi thaghut. Itu berarti, thaghut adalah segala sesembahan selain Allah Swt. Pengertian itu juga dapat dipahami dari beberapa ayat lainnya seperti: QS al-Baqarah [2]: 256, 257, an-Nisa' [4]: 76, dan az-Zumar [39]: 17.

Dalam konteks ayat ini, kata thaghut sering dikaitkan dengan Ka'ab bin al-Asyraf. Banyak mufassir menyatakan, dialah yang dimaksud dengan thaghut itu.13 Az-Zamakshyari dan al-Nasafi menuturkan, hal itu disebabkan karena kezaliman dan permusuhannya terhadap Rasulullah saw. yang melampaui batas; bisa juga karena dia menyerupai setan; atau karena dia dipilih untuk dijadikan sebagai hakim selain Rasulullah saw. dan berhakim kepada setan..14

Jika dihubungkan dengan sabab nuzul ayat ini, penafsiran itu memang relevan. Sebab, pemuka Yahudi itulah yang dijadikan sebagai hakim untuk memutuskan perselisihan. Meskipun demikian, pengertian thaghut ini tidak bisa dibatasi hanya untuk Ka'ab bin al-Asyraf. Semua orang yang menduduki posisi dan peran yang sama dengannya tercakup dalam lingkup makna thaghut.

Ibnu Katsir dan al-Zuhaili menegaskan, thaghut di sini lebih umum dari itu (Ka'ab bin al-Asraf). Orang-orang yang menyimpang dari al-Kitab dan as-Sunnah serta berhukum kepada selain keduanya berupa kebatilan adalah thaghuk yang dimaksud ayat ini.15 Abdurrahman al-Sa'di juga memaknai thaghut dalam ayat ini adalah setiap orang yang berhukum dengan selain syariah Allah (kullu man hakama bl ghayri syar'illah).16

Jelaslah, thaghut dalam konteks ayat ini adalah semua hakim yang memutuskan perkara dengan hukum selain al-Quran dan as-Sunnah. Keinginan mereka berhakim kepada thaghut itu menunjukkan adanya kotradiksi pada sikap mereka. Mereka mengaku mengimani kitab-kitab Allah, tetapi dalam praktiknya justru berhukum kepada selainnya. Sikap itu tentu amat mengherankan. Karena itu, wajarlah jika penyataan keimanan mereka patut diragukan, bahkan diingkari. Allah Swt berfirman: waqad umiru an yakfuru bih (Padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu). Di samping ayat ini, perintah mengingkari dan menjauhi thaghut itu disampaikan dalam QS an-Nahl [16]: 36.

Bagaimana mungkin pengakuan keimanan mereka bisa diterima? Iman meniscayakan ketundukan terhadap syariah Allah dan berhakim padanya dalam setiap perkara. Keniscayaan itu makin jelas jika dikaitkan dengan nas-nas lainnya seperti QS an-Nisa' [4]:65, an-Nur [24]: 51-52, al-Ahzab [33]: 36, dan lain-lain. Semua ayat itu menegaskan bahwa keimanan menuntut kesediaan pelakunya untuk tunduk dan taat terhadap syariah.

Iman juga mengharuskan pelakunya menjauhi thaghut. Abdurrahman al-Sa'di menyatakan, siapa saja yang mengaku sebagai Mukmin dan memilih untuk berhakim kepada thaghut, dia adalah pendusta dalam perkara ini.17 Abu Hayyan al-Andalusi juga menyimpulkan bahwa ayat ini turun berkaitan dengan kaum munafik.18

Kemudian Allah Swt. berfirman: wayuridu asy-syaythan an yudhillahum dhalal[an] ba’id[an] (setan bermaksud menyesatkan mereka sejauh-jauhnya). Ditegaskan bahwa solusi perselisihan perkara kepada thaghut itu sejalan dengan keinginan setan. Dalam ayat lainnya, Allah Swt. mempersamakan thaghut dengan setan (Lihat, misalnya, QS an-Nisa' [4]:74).

Membebaskan dari Hukum Thaghut

Pasca runtuhnya Khilafah, umat Islam di berbagai negara hidup dalam tatanan ideologi selain Islam; tepatnya ideologi sekular. Dalam pandangan Sekularisme, agama dianggap hanya berisi ajaran yang menjelaskan tatacara ibadah ritual dan tuntunan moral, tidak menyentuh urusan publik.

Meskipun tidak diakui secara terang-terangan, ideologi sekular inilah yang juga dianut negara ini. Eksistensi agama memang diakui, tetapi fungsi yang diperankan agama hanya terkait dengan hal-hal yang sifatnya personal-individual. Perkara-perkara yang mengatur dan mengurusi pelayanan negara terhadap rakyatnya, seperti politik, pemerintahan, ekonomi, hukum pidana-perdata, sosial-budaya, dan pendidikan disterilkan dari agama.

Keadaan inilah yang membuat kaum Muslim tidak bisa memutuskan perkara yang mereka perselisihkan dengan syariah. Mereka memang masih diizinkan menjalankan ibadah ritual. Mereka juga tidak dilarang meyakini kebenaran al-Quran dan as-Sunnah. Akan tetapi, keyakinan itu tidak boleh diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Mereka dipaksa tunduk dengan hukum buatan manusia. Mereka hams menerima keputusan hukum warisan penjajah. Sekalipun mereka ingin diadili dan diputusi dengan syariah, mereka juga tidak kuasa menolak ketika harus diadili oleh mahkamah yang mendasarkan pada selain syariah, yang oleh ayat ini disebut dengan thaghut.

Padahal, keinginan para thaghut, sebagaimana disinyalir ayat ini, sejalan dengan keinginan setan, yakni menyesatkan manusia dari jalan yang lurus dengan kesesatan yang amat jauh. Mereka memiliki karakter yang sama, yakni menjerumuskan manusia kepada kegelapan atau kekafiran (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 257).

Oleh karena itu, siapa pun yang tidak ingin tersesat, dia harus mengingkari dan menjauhi thaghut. Masyarakat mana pun yang tidak ingin terjerembab dalam lembah kegelapan, tidak memiliki pilihan lain kecuali harus melepaskan diri dari kungkungan sistem thaghut. Sebagai gantinya, mereka harus memilih dan menerapakan syariah yang berasal dari-Nya. Dialah yang mengeluarkan orang-orang yang beriman dari kegelapan menuju cahaya (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 257).

Walhasil, jika ingin membebaskan diri, masyarakat, dan negara dari jeratan thaghut, Daulah Khilafah Islamiyah jawabannya. Sebab, hanya Daulah Khilafah Islamiyah yang bisa menerapkan syariah secara kaffah dalam kehidupan.

Wallahu a 'lam bi ash-shawab.[]

Catalan kaki:

1. AI-Qurthubi, al-Jami' li Ahkam al-Qur'an. 3/1 70, Dar al-Kutub al-lslamiyyah, Beirut. 1993. Lihat juga dalam ath Thabari, jami’ al-Bayan fi Ta'wil al-Qur'an. 4/152, Dar al-Kutub al-lslamiyyah. Beirut. 1992: as-Suyuthi, Ad-Durr al-Mantsur, 2/319, Dar al-Kutub al-lslamiyyah. Beirut. 1990.
2. As-Suyuthi. Ad-Durr al-Mantsur, 2/320.
3. Al-Alusi, Ruh al-Ma'ani, 3/65. Dar al-Kutub al-lslamiyyah, Beirut. 1994.
4. Az-Zuhaili, At-Tafsir al-Munir, 5/130. Dar al-Fikr. Beirut. 1991; Mahmud Hijazi, At-Tafsir alWadhih. 1/391. Dar al-Tafsir. Zaqaziq. 1992. Lihat juga dalam ar-Razi, at-Tafsir al-Kabir. 10/123. Dar al-Kutub al-lslamiyyah. Beirut. 1990: al-Wahidi an-Naisaburi, Al-Wasith fi Tafsir al-Qur'an al-Majid. 2/73. Dar al-Kutub al-lslamiyyah, Beirut. 1996.
5. Nizhamuddin an-Naisaburi. Tafsir Gharaib al-Qur'a'n. 2/436, Dar al-Kutub al-lslamiyyah, Beirut. 1996.
6. Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur'am al-‘Azhim. 1/634, Dar 'Alam al-Kutub, Riyadh. 1997: az-Zuhaili, At-Tafsir al-Munir. 5/132.
7. Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur'am al-‘Azhim. 1/634.
8. Asy-Syaukani. Fath al-Qadir. 1/610, Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah. Beirut. 1994; al-Alusi, Ruh al-Ma'ani, 3/65; al-Ajili. al-Futuhat al-lslamiyyah, 2/78, Dar al-Fikr, Beirut. 2003.
9. As-Samarqandi, Bahr al-'Ulum, 1/364, Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah. Beirut. 1993.
10. Al-Ashfahani, Mu'jam Mufradat Alfazh al-Qur'an. hlm. 314. Dar al-Fikr, Beirut. t. t.
11. Az-Zuhaili, At-Tafsir af-Munir. 5/130.
12. Al-Ashfahani, Mu'jam Mufradat Alfazh al-Qur'an. hlm. 314
13. Az-Zamakhsyari, Al-Kasysyaf, 1/5 14, Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah. Beirut. 1995; an-Nasafi, Madarik at-Tanzil Wa Haqaiq at-Ta'wil. Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah. Beirut. 2001: al-Baghawi, Ma'alim at-Tanzil. 1/355, Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, Beirut. 1993: al-Khazin, Lubab at-Ta'wil I/393, Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, Beirut. 1995. Al-Baidhawi, Anwar at Tanzil Wa Asrar At-Ta’wil, I/221, Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, Beirut. 1998; Nizamuddin an-Naisaburi, Tafsir Gharaib al-Qur’an, 2/436; al-Wahidi an-Naisaburi, Al-Wasith fi Tafsir al-Qur’an al-Majid, 2/73; as-Samarqandi, Bahr al-‘Ulum, 1/364; al-Jazairi, Aysar at Tafasir, 1/499, Nahr al-Khair, Madinah.1993.
14. Az-Zamakhsyari, Ak-Kasysyaf, 1/514 dan an-Nasafi, Madarik at Tanzil Wa Haqaiq at-Ta'wil
15. Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur'am al-‘Azhim. 1/634; al-Alusi, Ruh al-Ma'ani, 3/66; Az-Zuhaili, At-Tafsir al-Munir, 5/132
16. As-Sa’adi, Taysir al-Karim ar-Rahman, 1/215, Jamiyyah Ihya’ al-Turats al-Islami, tt. 2000.
17. As-Sa’adi, Taysir al-Karim ar-Rahman, 1/215.
18. Abu Hayyan al-Andalusi, Tafsir Bahral-Muhith, 3/292, Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah. Beirut. 1993.

Alwa’ie No. 94 Tahun VIII, Juni 2008

Jalan Menuju Medan Jihad

Mei 6, 2010 — irhaby 71

Segala puji bagi Alloh, Robb seluruh alam, yang telah berfirman di dalam kitab-Nya:

وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا

Dan orang-orang yang berjihad di jalan Kami, pasti akan kami tunjukkan mereka kepada jalan-jalan Kami.

Dan sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Rosul-Nya yang terpercaya, Muhammad bin Abdillah, pemuka manusia pada generasi awal maupun generasi akhir, komandan al ghurrul muhajjalin, juga kepada seluruh keluarga dan sahabatnya, wa ba’du:

Sesungguhnya banyak kaum muslimin pada hari ini yang telah dapat menerima sepenuhnya bahwasanya jihad itu hukumnya adalah fardlu ‘ain karena musuh telah menyerang bumi kaum muslimin. Mereka juga dapat menerima sepenuhnya bahwasanya para mujahidin dan umat Islam sangat membutuhkan kepada rijal yang mau membela agama ini, dan membela darah serta kehormatan kaum muslimin.

Akan tetapi kelapangan dada mereka untuk menerima kenyataan ini belum ditindaklanjuti dalam praktek nyata oleh sebagian besar kaum muslimin, untuk bergabung ke bumi jihad? Akan tetapi kelapangan dada mereka untuk menerima kenyataan ini akan sirna dan hilang ketika dihadapkan dengan pertanyaan: Mana jalan menuju bumi jihad? Bagaimana caranya kita agar sampai ke bumi jihad? Namun sebagai jawaban atas pertanyaan ini, kebanyakan kaum muslimin tidak dengan terus-menerus mencari jalan akan tetapi justru mereka malah berpangku tangan, tidak mencarinya dan menipu diri sendiri dengan menganggap bahwasanya ini adalah udzur di hadapan Alloh.

Di sini saya akan membicarakan masalah jalan menuju medan jihad dan bagaimana caranya agar umat ini bisa sampai medan jihad, dan apa yang dimaksud dengan jalan menuju medan jihad.

Sesungguhnya jihad itu pada hari ini dianggap sebagai kekuatan menakutkan yang menggoncang singgasana kaum Yahudi dan kaum Salib. Dan ia adalah hantu yang mengancam dunia, beserta kebudayaan dan keamanannya. Demikianlah sebutan jihad yang tengah ditawarkan oleh kaum Salib. Oleh karena dunia menggambarkan jihad dengan gambaran semacam ini, maka jangan sekali-kali ada seorang muslim yang menyangka bahwa ia akan dapat sampai ke bumi jihad dengan mudah dan gampang, sekali-kali tidak. Akan tetapi ia akan menghadapi berbagai ancaman yang harus ia lalui supaya dia dapat sampai ke bumi jihad. Dan jangan sampai ada seorang muslimpun yang mempunyai anggapan bahwa musuhnya pada hari ini akan menaburi jalannya menuju jihad dengan bunga dan wewangian, lalu mengatakan kepadanya: Silahkan, silahkan, supaya kamu mendapatkan ridlo Alloh dan syurga. Sesungguhnya orang yang mengira bahwa musuhnya akan memperlakukannya seperti ini, dia adalah orang yang bodoh yang tidak memahami tabiat musuhnya yang Alloh ta’ala terangkan dalam Al Qur’an, Alloh berfirman:

وَلاَ يَزَالُوْنَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوْكُمْ عَنْ دِيْنِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوْا

Mereka tidak henti-hentinya memerangi kalian sampai memurtadkan kalian dari agama kalian jika mereka sanggup.

Mereka berusaha siang dan malam untuk menghalangi orang-orang beriman dari agama mereka dan dari jihad mereka.

Ini semua bukan untuk melemahkan semangat para rijal yang telah merindukan jihad, sama sekali tidak. Akan tetapi saya ingin mendekatkan gambaran jihad yang hendaknya diletakkan oleh setiap muslim dalam benaknya sebelum ia menempuh jalan menuju medan jihad. Dan hendaknya setiap orang yang ingin pergi ke medan jihad bahwasanya keinginan saja tidak cukup untuk dijadikan udzur di hadapan Alloh. Memang dengan mempunyai keinginan engkau akan terbebas dari sifat munafik, akan tetapi untuk mendapatkan udzur tidak berjihad dihadapan Alloh dibutuhkan usaha-usaha selain keinginan semata. Dan hendaknya semua pemuda Islam juga mengetahui bahwasanya orang-orang yang mempunyai keinginan tulus sebelum mereka telah berusaha dengan segenap kemampuan mereka sehingga mereka dapat masuk ke bumi jihad akan tetapi setelah apa? Yaitu setelah mereka merasakan kelelahan, ketakutan dan perburuan. Mereka mempunyai keinginan yang tulus sehingga Alloh mengabulkan keinginan mereka untuk sampai ke medan jihad.

Oleh karena itu Alloh menghitung menempuh jalan menuju medan jihad itu sendiri sebagai jihad tersendiri. Sehingga Alloh memberikan pahala dan balasan yang sangat besar. Alloh menganggap orang yang keluar ke bumi jihad itu sebagai mujahid dan jika ia mati maka ia mati syahid. Semua keutamaan dan balasan itu diberikan untuk memberikan motifasi kepada umat Islam agar memiliki semangat jihad. Karena mujahid itu apa yang ia inginkan dari jihadnya? Sesungguhnya ia ingin mendapatkan salah satu dari dua hal yang sangat baik, menang atau mati syahid. Maka apabila ia mendapatkan salah satu dari keduanya berarti dia telah mendapatkan kemenangan. Oleh karena itu Alloh ta’ala dan Rosul shollallohu ‘alaihi wa sallam menerangkan bahwasanya barangsiapa keluar rumah untuk berjihad, maka ia pasti akan mendapatkan salah satu dari dua kebaikan …

Alloh ta’ala berfirman:

وَمَن يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللهِ يَجِدْ فِي اْلأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً وَمَن يَخْرُجْ مِن بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللهِ وَكَانَ اللهُ غُفُورَا رَّحِيمًا

Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Alloh dan Rosul-Nya, Kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya disisi Allah. Dan adalah Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (An Nisa’: 100)

Di dalam ayat ini Alloh menerangkan bahwasanya barangsiapa keluar rumah menuju bumi jihad ia akan mendapatkan tempat untuk berlindung dan rizki yang banyak, dan jika ia mati maka ia telah tetap pahalanya di sisi Alloh yang Maha Mulia, yang tidak akan memberikan balasan selain syurga abadi. Alloh juga berfirman:

وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ ثُمَّ قُتِلُوْا أَوْ مَاتُوْا لَيَرْزُقَنَّهُمُ اللهُ رِزْقًا حَسَنًا وَإِنَّ اللهَ لَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ

Dan orang-orang yang berhijroh di jalan Alloh kemudian mereka terbunuh atau mati niscaya Alloh akan memberikan rizki yang baik kepada mereka. Dan sesungguhnya Alloh benar-benar sebaik-baik pemberi rizki.

Dan dalam ayat ini Alloh menerangkan bahwasanya orang yang keluar untuk berjihad itu, baik ia terbunuh atau mati, maka ia dijanjikan Alloh akan diberi rizki yang baik …

Dan Alloh ta’ala berfirman:

وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا فِي اللهِ مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوْا لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِي الدُّنْيَا حَسَنَة وَلَأَجْرُ اْلآخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ

Dan orang-orang yang berhijroh di jalan Alloh setelah mereka di aniaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang baik kepada mereka di dunia, dan sungguh pahala yang akan ia dapatkan di akherat lebih besar lagi jika mereka mengetahui.

Di dalam ayat ini Alloh ta’ala juga menerangkan bahwasanya Alloh akan memberikan rizki yang baik kepada mujahid dan bukan hanya pahala saja, dan sungguh pahala di akherat itu lebih besar lagi meskipun di dunia ia belum sempat mendapatkan rizki yang baik lantara suatu hikmah yang hanya Alloh saja yang mengetahuinya.

Dan di dalam hadits, Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam menjelaskan permasalahan ini dengan ungkapan yang lebin indah, dan dapat mendekatkan gambaran kepada kita dengan memaparkan kemungkinan-kemungkinan bencana yang akan menimpa kita, dengan tujuan supaya membangkitkan semangat kita untuk keluar berjihad. Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan yang lainnya dari Abu Malik Al Asy’ari rodliyallohu ‘anhu, ia mengatakan: Saya pernah mendengar Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ فَصلَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ فَمَاتَ أَوْ قُتِلَ فَهُوَ شَهِيْدٌ أَوْ وَقَصَهُ فَرَسُهُ أَوْ بَعِيْرُهُ أَوْ لَدغَتْهُ هَامَةٌ أَوْ مَاتَ عَلىَ فِرَاشِهِ أَوْ بِأَيِّ حَتْفٍ شَاءَ اللهُ فَإِنَّهُ شَهِيْدٌ وَإِنَّ لَهُ الْجَنَّةَ

Barangsiapa keluar di jalan Alloh lalu ia mati atau terbunuh maka ia syahid, atau terpelanting oleh kudanya atau untanya atau disengat binatang berbisa atau mati di atas kasurnya atau dengan cara apapun yang Alloh kehendaki maka sesungguhnya ia syahid dan ia mendapatkan syurga.

Ibnu Muflih mengatakan di dalam kitab Al Furu’: Di dalam sanad hadits ini ada Baqiyah yang masih diperselisihkan statusnya akan tetapi hadits ini hasan insya Alloh. Ibnu Abi ‘Ashim juga mengatakan; Isnad hadits ini hasan lighoirihi. Sedangkan Al Hakim mengatakan; Hadits ini sesuai dengan syarat Muslim. Di dalam sanad hadits ini terdapat Baqiyah dan ‘Abdur Rohman bin Tsauban yang mana keduanya adalah dlo’if. Akan tetapi hadits ini diperkuat dengan hadits yang diriwayatkan oleh Al Baihaqi di dalam Sunannya. Di sana ia mengatakan: Diriwayatkan dari Abu Malik Al Asy’ari, ia mengatakan: Saya pernah mendengar Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ مَنِ انْتَدَبَ خَارِجًا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ ابْتِغَاءَ وَجْهِهِ وَتَصْدِيْقَ وَعْدِهِ وَإِيْمَانًا بِرِسَالاَتِهِ عَلَى اللهِ ضَامِنٌ فَإِمَّا يَتَوَفَّاهُ اللهُ فِي الْجَيْشِ بِأَيِّ حَتْفٍ شَاءَ فَيُدْخِلُهُ اْلجَنَّةَ ، وَإِمَّا يَسِيْحُ فِيْ ضِمَانِ اللهِ وَإِنْ طَالَتْ غَيْبَتُهُ ثُمَّ يَرُدُّهُ إِلَى أَهْلِهِ سَالِمًا مَعَ مَا نَالَ مِنْ أَجْرٍ وَ غَنِيْمَةٍ قَالَ وَمَن فَصَلَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ فَمَاتَ أَوْ قُتِلَ يَعْنِي فَهُوَ شَهِيْدٌ أَوْ وَقَصَهُ فَرَسُهُ أَو بَعِيْرُهُ أَوْ لَدغَتْهُ هَامَةٌ أَوْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ بِأَيِّ حَتْفٍ شَاءَ اللهُ فَإِنَّهُ شَهِيْدٌ وَلَهُ الْجَنَّةُ

Sesungguhnya Alloh ‘azza wa jalla berfirman: Barangsiapa keluar di jalan Alloh untuk mencari wajah-Nya, karena membenarkan janji-Nya dan karena beriman kepada risalah-Nya, maka Alloh menjamin akan mematikannya dalam sebuah pasukan dengan cara mati yang bagaimanapun yang Alloh kehendaki sehingga Alloh memasukkannya ke dalam syurga. Atau ia akan terus berjalan dalam jaminan Alloh meskipun lama kepergiannya, kemudian Alloh mengembalikannya kepada keluarganya dalam keadaan selamat dengan membawa pahala dan ghonimah. Beliau bersabda: Dan barangsiapa keluar di jalan Alloh kemudian mati atau terbunuh maka dia syahid, atau ia terpelanting oleh kudanya atau untanya, atau disengat binatang berbisa atau ia mati di atas kasurnya dengan cara mati yang bagaimanapun yang Alloh kehendaki, maka sesungguhnya ia syahid dan ia mendapatkan syurga.

Hadits tersebut juga diperkuat dengan hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Abdulloh bin ‘Atiq rodliyallohu ‘anhu, ia berkata: Saya pernah mendengar Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ مُجَاهِدًا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ ثُمَّ قَالَ بِأَصَابِعِهِ هَؤُلاَءِ الثَّلاَثُ الْوُسْطَى وَالسَّبَابَةُ وَاْلإِبْهَامُ فَجَمَعَهُنَّ وَقَالَ وَأَيْنَ الْمُجَاهِدُوْنَ فَخَرَّ عَنْ دَابَّتِهِ فَمَاتَ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللهِ تَعَالى أَوْ لَدغَتْهُ دَابَّةٌ فَمَاتَ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللهِ أَوْ مَاتَ حتف أَنْفِهِ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

Barangsiapa keluar rumah untuk berjihad fi sabilillah .. kemudian beliau menunjukkan tiga jarinya, yakni jari tengah, telunjuk dan ibu jari, lalu beliau mengumpulkannya, dan beliau bersabda … dan manakah mujahidin, lalu ia tersungkur dari binatang tunggangannya lalu mati, maka ia pahalanya telah ditetapkan di sisi Alloh, atau dia disengat binatang kemudian ia mati maka pahalanya telah ditetapkan di sisi Alloh, atau dia mati dengan cara apapun maka pahalanya telah ditetapkan disisi Alloh ‘azza wa jalla.

Dalam sanad hadits ini juga terdapat Muhammad bin Is-haq, akan tetapi ayat-ayat di atas memperkuat hadits-hadits ini dan tidak bertentangan dengannya. Hal ini telah difahami Al Bukhori dan beliau membuat satu bab tersendiri dalam Shohih nya tentang masalah ini, yakni Bab Keutamaan orang yang terpelanting di jalan Alloh lalu ia mati maka di termasuk dalam golongan mereka, dan firman Alloh ta’ala:

وَمَنْ يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِراً إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ اْلمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللهِ

Dan barangsiapa yang keluar dari rumahnya untuk berhijroh kepada Alloh dan Rosul-Nya kemudian ia mati maka pahalanya telah ditetapkan di sisi Alloh.

وقع artinya adalah وجب. Ibnu Hajar berkata: Yang dimaksud dengan kaliamat [maka dia termasuk golongan mereka] adalah termasuk golongan mujahidin. Sedangkan yang dimaksud dengan firman Alloh [kemudian ia mati] itu lebih bersifat umum daripada hanya sekedar terbunuh atau terjatuh dari binatang tunggangan atau yang lainnya, maka ayat ini cocok dengan judul babnya. Dan Ath Thobari telah meriwayatkan dari jalur Sa’id bin Jubair, As Suddi dan yang lainnya, bahwasanya ayat ini turun berkenaan dengan seorang muslim yang tinggal di Mekkah, lalu tatkala ia mendengar firman Alloh ta’ala yang berbunyi:

أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوْا فِيْهَا

Bukankah bumi Alloh itu luas sehingga kalian dapat berhijrah ke sana.

Ketika mendengar ayat ini ia mengatakan kepada keluarganya, sedangkan dia dalam keadaan sakit: Keluarkanlah aku ke arah Madinah! Maka keluarganya pun mengeluarkannya ke jalan arah Madinah kemudian ia mati di tengah jalan, maka turunlah ayat tersebut di atas. Dan yang benar nama orang tersebut adalah Dlomroh. Hal ini telah saya terangkan dalam kitabku yang membahas tentang sahabat. Sedangkan firman Alloh yang berbunyi [waqo'a: wajaba]. Ia mengatakan: Firman-Nya yang berbunyi:

وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللهِ

Artinya adalah pahalanya telah ditetapkan.” Sampai di sini perkataan Ibnu Hajar secara ringkas.

Jika pahala bagi orang yang menempuh perjalanan untuk berjihad saja seperti ini, lalu bagaimana dengan pahala jihad itu sendiri. Alloh tidak menjadikan pahala menempuh jalan menuju jihad dengan memberikan derajat dan jaminan seperti ini kecuali karena Alloh mengetahui bahwasanya perjalanan menuju jihad itu sangat berat. Hal itu karena dua hal: Pertama: Karena ini adalah awal dari kesusahan yang dihadapi oleh seorang mujahid ketika ia meninggalkan keluarga dan hartanya sedangkan jiwanya belum terbiasa dengan kesusahan, Kedua: Karena memotong jalan kaum muslimin menuju medan jihad itu lebih mudah bagi musuh daripada membunuh mujahidin setelah ia waspada dan memanggul senjata.

Dan dalam rangka membakar semangat serta memompa tekad, Alloh memberikan pahala yang sangat besar kepada orang yang menempuh perjalanan menuju jihad, dan Alloh juga menjamin akan memberikan pahala kepada mujahid, jaminan yang tidak meragukan sedikitpun. Sebagaimana yang disebutkan di dalam Shohih Al Bukhori dan Shohih Muslim, sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Huroiroh, ia mengatakan: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تَضَمَّنَ اللهُ لِمَنْ خَرَجَ فِيْ سَبِيْلِهِ لاَ يُخْرِجُهُ إِلاَّ جِهَادًا فِيْ سَبِيْلِيْ وَإِيْمَانًا بِيْ وَتَصْدِيْقًا بِرُسُلِيْ فَهُوَ عَلَيَّ ضَامِنٌ أَنْ أُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ أَوْ أُرْجِعُهُ إِلَى مَسْكَنِهِ الَّذِيْ خَرَجَ مِنْهُ نَائِلاً مَا نَالَ مِنْ أَجْرٍ أَوْ غَنِيْمَةٍ

Alloh menjamin orang yang keluar di jalan-Nya tidak ada tujuan lain selain untuk berjihad di jalan-Ku dan karena iman kepada-Ku serta percaya kepada para Rosul-Ku, orang tersebut Aku jamin untuk Aku masukkan ke syurga atau Aku kembalikan dia ke rumahnya yang dia keluar darinya dengan memperoleh pahala dan ghonimah … (Al Hadits)

Jaminan kuat yang Alloh berikan kepada orang yang keluar untuk berjihad di jalan-Nya ini merupakan bukti yang nyata atas beratnya perjalanan menuju jihad bagi jiwa, yang dipenuhi dengan berbagai ancaman. Oleh karena itu Alloh ringankan kesulitan ini dengan pahala yang sangat besar.

Atas dasar ini, jika engakau benar-benar mempunyai keinginan untuk berjihad, maka jangan sekali-kali engkau berhenti dengan keinginan saja, karena ini tidak cukup untuk engkau jadikan alasan dihadapan Alloh untuk tidak berjihad, selama engkau mampu untuk keluar atau mampu untuk hanya sekedar melakukan usaha yang ada peluang berhasilnya. Maka berusahalah dan tempuhlah jalan menuju jihad. Dan ketahuilah, sesungguhnya orang-orang yang telah sampai ke bumi jihad itu bukanlah orang-orang yang mempunyai keajaiban, akan tetapi mereka mereka telah berusaha kemudian Alloh memberikan kemudahan kepada mereka sehingga Alloh palingkan pendengaran dan penglihatan orang dari mereka sehingga mereka dapat sampai ke medan jihad.

Dan sungguh jalan menuju medan jihad itu banyak sekali. Misalnya Afghanistan, engkau bisa melalui Pakistan, Iran, Uzbekistan, Tajikistan, Turkmanistan dan Cina. Begitu pula Chechnya, engkau dapat melalui Gorgia, Daghestan, Ingusetia dan Rusia. Kemudian Palestina, engkau dapat melalui Mesir, Yordan, Lebanon dan Suria. Kemudian Kasymir, engkau bisa melalui Pakistan dan India. Kemudian Indonesia, engkau dapatkan Indonesia dikelilingi oleh lautan dari semua arah. Kemudian Eriteria, engkau dapat melalui Sudan, Atsyubia dan laut merah. Dan lihatlah pula Philipina, Macedonia dan bumi-bumi jihad lainnya, juga memiliki jalan yang sangat banyak sehingga mustahil semua jalan itu tertutup bagi orang yang mempunyai tekad untuk berangkat ke medan jihad. Maka berfikirlah, atas ijin Alloh ta’ala engkau akan sampai ke medan jihad.

Dan umat Islam ini jumlahnya adalah satu milyar, sehingga seandainya ada satu juta saja dari kaum muslimin yang mau berusaha pergi ke medan jihad tentu dapat dipastikan seratus ribu orang di antara mereka yang sampai ke tujuan. Dangan jumlah itu insya Alloh seluruh medan jihad akan tercukupi.

Akan tetapi umat Islam seluruhnya berpaling dari jihad dan beralasan bahwasanya jalan menuju medan jihad telah tertutup. Padahal Alloh telah menolak alasan-alasan kita dan telah menjadikan pahala orang yang mati atau terbunuh dalam perjalanan jihad maka ia syahid. Namun kita ini masih saja mencari-cari alasan-alasan lain untuk mengulur-ulur waktu dan untuk tidak berjihad, semoga Alloh tidak menjadikan kita termasuk orang-orang yang Alloh firmankan dalam ayat yang berbunyi:

وَلَوْ أَرَادُوا الْخُرُوجَ لأَعَدُّوا لَهُ عُدَّةً وَلَكِن كَرِهَ اللهُ انبِعَاثَهُمْ فَثَبَّطَهُمْ وَقِيلَ اقْعُدُوا مَعَ الْقَاعِدِينَ

Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka:”Tinggallah kamu bersama orang-oang yang tinggal itu”. (At Taubah: 46)

Selain itu kita juga berharap supaya Alloh tidak jadikan termasuk orang-orang yang Alloh sebutkan dalam firman-Nya:

لَوْ كَانَ عَرَضًا قَرِيبًا وَسَفَرًا قَاصِدًا لاتَّبَعُوكَ وَلَكِن بَعُدَتْ عَلَيْهِمُ الشُّقَّةُ وَسَيَحْلِفُونَ بِاللهِ لَوِ اسْتَطَعْنَا لَخَرَجْنَا مَعَكُمْ يُهْلِكُونَ أَنفُسَهُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ

Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu, keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah:”Jikalau kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-samamu”. Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta. (At Taubah: 42)

Akan tetapi yakinlah wahai saudaraku, demi Alloh jika engkau jujur terhadap dalam mencari jalan jihad niscaya Alloh akan mengabulkan ketulusanmu, dan Dia telah menjamin akan menyampaikan dirimu ke medan jihad, karena Dia telah berfirman:

وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ

Dan orang-orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) di jalan Kami niscaya Kami tunjuki dia kepada jalan Kami. Dan sesungguhnya Alloh benar-benar bersama orang-orang yang berbuat baik.

Pengertian Hadits

Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al- Qur an. Ada banyak ulama periwayat hadits, namun yang sering dijadikan referensi haditshaditsnya ada tujuh ulama, yakni Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmudzi, Imam Ahmad, Imam Nasa i, dan Imam Ibnu Majah.

Hadits yang dilihat dari banyak sedikitnya Perawi
1. Hadits Mutawatir : Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa sanad yang tidak mungkin sepakat untuk berdusta. Berita itu mengenai hal-hal yang dapat dicapai oleh panca indera. Dan berita itu diterima dari sejumlah orang yang semacam itu juga. Berdasarkan itu, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu hadits bisa dikatakan sebagai hadits Mutawatir.

* Isi hadits itu harus hal-hal yang dapat dicapai oleh panca indera.
* Orang yang menceritakannya harus sejumlah orang yang menurut ada kebiasaan, tidak mungkin berdusta. Sifatnya Qath iy.
* Pemberita-pemberita itu terdapat pada semua generasi yang sama.

2. Hadits Ahad
Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang atau lebih tetapi tidak mencapai tingkat mutawatir. Sifatnya atau tingkatannya adalah zhonniy . Sebelumnya para ulama membagi hadits Ahad menjadi dua macam, yakni hadits Shahih dan hadits Dha if. Namun Imam At Turmudzy kemudian membagi hadits Ahad ini menjadi tiga macam, yaitu:

* Hadits Shahih Menurut Ibnu Sholah, hadits shahih ialah hadits yang bersambung sanadnya. Ia diriwayatkan oleh orang yang adil lagi dhobit (kuat ingatannya) hingga akhirnya tidak syadz (tidak bertentangan dengan hadits lain yang lebih shahih) dan tidak mu allal (tidak cacat). Jadi hadits Shahih itu memenuhi beberapa syarat sebagai berikut : 1. Kandungan isinya tidak bertentangan dengan Al-Qur an. 2. Harus bersambung sanadnya 3. Diriwayatkan oleh orang / perawi yang adil. 4. Diriwayatkan oleh orang yang dhobit (kuat ingatannya) 5. Tidak syadz (tidak bertentangan dengan hadits lain yang lebih shahih) 6. Tidak cacat walaupun tersembunyi.
* Hadits Hasan Ialah hadits yang banyak sumbernya atau jalannya dan dikalangan perawinya tidak ada yang disangka dusta dan tidak syadz.
* Hadits Dha if Ialah hadits yang tidak bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh orang yang tidak adil dan tidak dhobit, syadz dan cacat.

Minggu, 28 Februari 2010

Unofficial Marriage in Indonesia

This is an issue I hadn’t heard of before. I wonder in how many countries it is a problem.

In Indonesia, there are two types of marriages. The first is a marriage that is regulated by the government. The second is an “unofficial” marriage (“nikah siri”) that is regulated by Islamic law. Nikah siri is usually held in front of a Muslim cleric. Islamic law requires that witnesses be present, but the witness requirement is bypassed frequently, meaning that nikah siri is usually done in secret and without witnesses present.

In 1974, the Indonesian government passed a law recognizing nikah siri under governmental law. The purpose of the law was to facilitate marriage for the poorest citizens because the cost of obtaining an “official” governmental marriage was deemed too high (currently the cost is US $3.50). However, the regulation of the unofficial marriage is done under Islamic law, meaning that “recognizing” it does not guarantee the rights that there would be if the marriage was done under governmental law.

This has caused many problems for women. For one, it leads to polygamy and adultery (by the husbands of course). Evarisan, the head of the Semarang Legal Resource Center for Gender Justice and Human Rights, says that “[t]he 1974 Marriage Law has enabled men to engage in nikah siri despite the fact such marriages ignore the rights of wives and children.” Also, “[m]any men have misused and taken advantage of nikah siri. They have legalized adultery on the pretext of religious law.” And “most [men] prefer to perform nikah siri. They don’t want to proclaim their marriage openly.”

Now, legislators are trying to pass a bill that will eliminate the recognition of nikah siri by the government and will actually criminalize nikah siri. Evarisan says that the law needs to be passed to protect women’s rights.

Think what the situation would be in the United States if the rights of the wife and husband in a marriage differed according to the church (if there is one) under which they were performed. But that is essentially what religious groups that oppose same-sex marriage want to have happen. They want to impose on everyone the rules of their religion, whether or not those rules are the same desired by people in other religions. If a church wants to perform a marriage ceremony, let it do so. But the law and regulation of marriages need to be uniform and without input from a church.

Feb 17 RUU Nikah Siri Melindungi Perempuan?

RUU Nikah Siri atau Rancangan undang-undang tentang kawin siri adalah untuk melindungi perempuan dan mewibawakan perkawinan. Hal ini dikemukakan Kementerian Agama (Kemenag) yang meminta RUU tentang Hukum Materiil Peradilan Agama Bidang Perkawinan yang membahas pernikahan tanpa dokumen resmi, diatur.

"RUU itu untuk mewibawakan perkawinan. Perkawinan itu kan dalam Islam merupakan hal yang suci," kata Dirjen Bimas Islam Kemenag Nasaruddin Umar kepada detikcom , Selasa (16/2/2010).


Menurut Nasaruddin, alasan lainnya Kemenpag meminta RUU tentang nikah siri, kawin kontrak dan pernikahan tanpa dokumen lainnya itu diatur, yakni tingginya angka perceraian setiap tahunnya.

Selalu ada pro kontra dan reaksi negatif mengenai RUU Nikah Siri ini mulai bermunculan diantaranya di Probolinggo, Jawa Timur, sekitar 3.000 ribu santri perempuan dan warga sekitar Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong, Pajarakan, Probolinggo, berunjuk rasa menolak RUU kawin siri karena dianggap melanggar ketentuan agama.

Rancangan undang-undang tentang kawin siri dianggap melecehkan Islam. Alasannya dengan RUU tersebut otomatis menganggap kawin siri adalah bentuk perzinahan dan bisa dipidanakan. Padahal dalam Islam menganggap kawin siri adalah sah. Jika RUU itu disahkan menjadi undang-undang maka pemerintah dianggap menantang umat Islam. Mereka pun mengancam berdemonstrasi lebih besar jika pemerintah tetap pada keputusannya.


Nikah Siri Adalah Masalah Perdata

Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBMNU) Arwani Faishal mengingatkanRUU Nikah Siri bahwa pernikahan adalah masalah perdata. Karena itu akan menjadi kezaliman pemerintah jika memenjarakan pelakunya. Dia kemudian membandingkan dengan pelaku kumpul kebo yang jelas-jelas bertentangan dengan agama mana pun, tapi tidak pernah dikenai sangsi pidana oleh negara.

"Lho, orang-orang yang menjalankan ajaran agama justru diancam dengan hukuman penjara? Jika ini terjadi justru negara malah bertindak zalim,"kata Arwani. Menurutnya, pernikahan siri atau pernikahan yang tidak didaftarkan secara administratif kepada negara adalah perkara perdata yang tidak tepat jika diancam dengan hukuman penjara. Bahkan sanksi material (denda) juga tetap memiliki dampak sangat buruk bagi masyarakat.

"Bila mengenakan denda dalam jumlah tertentu untuk orangorang yang melakukan nikah siri, tentu hal ini dapat menimbulkan ketidakadilan. Bukan masalah bagi mereka yang punya uang banyak. Namun tidak adil bagi mereka yang secara ekonomi hidupnya pas-pasan,"kata Arwani. Dalam pandangannya, nikah siri memiliki berbagai dampak positif (maslahah) dan dampak negatif (mafsadah) yang sama-sama besar.

Jika dilegalkan, akan sangat rawan disalahgunakan dan jika tidak diakui akan bertentangan dengan syariat Islam. "Untuk itu dampak negatif dan positif pernikahan siri harus dikaji dan disikapi bersama,"katanya.

Minggu, 14 Februari 2010

Bermacam - macam Orientasi seksual

Orientasi seksual

Orientasi seksual atau kecenderungan seksual adalah pola ketertarikan seksual emosional, romantis, dan/atau seksual terhadap laki-laki, perempuan, keduanya, tak satupun, atau jenis kelamin lain. American Psychological Association menyebutkan bahwa istilah ini juga merujuk pada perasaan seseorang terhadap "identitas pribadi dan sosial berdasarkan ketertarikan itu, perilaku pengungkapannya, dan keanggotaan pada komunitas yang sama." [1]

Orientasi seksual biasanya dikelompokkan menurut gender atau jenis kelamin yang dianggap menarik oleh seseorang, yaitu heteroseksual, homoseksual, dan biseksual. Di antara heteroseksual eksklusif dan homoseksual eksklusif terdapat kelompok-kelompok orientasi seksual antara, termasuk berbagai bentuk biseksualitas. Pembagian ini kadang dianggap tidak pula mencukupi karena ada kelompok orang yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai aseksual [2] . Para seksolog pun menganggap skala linear antara heteroseksual dan homoseksual ini merupakan penyederhanaan yang berlebihan terhadap konsep identitas seksual yang lebih luas

Heteroseksualitas
Heteroseksualitas yaitu ketertarikan satu individu terhadap individu lain dengan jenis kelamin berbeda, seperti antara jantan dan betina. Ini adalah orientasi seksual yang banyak terdapat di masyarakat dan dianggap normal dibandingkan dengan orientasi seksual yang lain. Secara biologi, heteroseksualitas menjamin terjadinya pelestarian suatu spesies dengan memunculkan generasi berikutnya.

Homoseksualitas
omoseksualitas mengacu pada interaksi seksual dan/atau romantis antara pribadi yang berjenis kelamin sama secara situasional atau berkelanjutan. Pada penggunaan mutakhir, kata sifat homoseks digunakan untuk hubungan intim dan/atau hubungan sexual di antara orang-orang berjenis kelamin yang sama, yang bisa jadi tidak mengidentifikasi diri merek sebagai gay atau lesbian. Homoseksualitas, sebagai suatu pengenal, pada umumnya dibandingkan dengan heteroseksualitas dan biseksualitas. Istilah gay adalah suatu istilah tertentu yang digunakan untuk merujuk kepada pria homoseks. Sedangkan Lesbian adalah suatu istilah tertentu yang digunakan untuk merujuk kepada wanita homoseks.

Definisi tersebut bukan definisi mutlak mengingat hal ini diperumit dengan adanya beberapa komponen biologis dan psikologis dari seks dan gender, dan dengan itu seseorang mungkin tidak seratus persen pas dengan kategori di mana ia digolongkan. Beberapa orang bahkan menganggap ofensif perihal pembedaan gender (dan pembedaan orientasi seksual).

Homoseksualitas dapat mengacu kepada:

* orientasi seksual yang ditandai dengan kesukaan seseorang dengan orang lain mempunyai kelamin sejenis secara biologis atau identitas gender yang sama.
* perilaku seksual dengan seseorang dengan gender yang sama tidak peduli orientasi seksual atau identitas gender.
* identitas seksual atau identifikasi diri, yang mungkin dapat mengacu kepada perilaku homoseksual atau orientasi homoseksual.

Ungkapan seksual dan cinta erotis sesama jenis telah menjadi suatu corak dari sejarah kebanyakan budaya yang dikenal sejak sejarah awal . Bagaimanapun, bukanlah sampai abad ke-19 bahwa tindakan dan hubungan seperti itu dilihat sebagai orientasi seksual yang bersifat relatif stabil. Penggunaan pertama kata homoseksual yang tercatat dalam sejarah adalah pada tahun 1869 oleh Karl-Maria Kertbeny,[1] dan kemudian dipopulerkan penggunaannya oleh Richard Freiherr von Krafft-Ebing pada bukunya Psychopathia Sexualis.

Di tahun-tahun sejak Krafft-Ebing, homoseksualitas telah menjadi suatu pokok kajian dan debat. Mula-mula dipandang sebagai penyakit untuk diobati, sekarang lebih sering diselidiki sebagai bagian dari suatu proyek yang lebih besar untuk memahami Ilmu Hayat, Ilmu Jiwa, politik, genetika, sejarah dan variasi budaya dari identitas dan praktek seksual. status legal dan sosial dari orang yang melaksanakan tindakan homoseks atau mengidentifikasi diri mereka gay atau lesbian beragam di seluruh dunia.

Demografi homoseksualitas dan prevalensi

Perkiraan dari jumlah atau prevalensi homoseksualitas di masa modern ini bervariasi secara signifikan. Data yang dikumpulkan diperumit oleh berbagai definisi yang digunakan dalam homoseksualitas serta adanya fluktuasi dalam jangka waktu dan tempat.

Secara umum, diperkirakan jumlah kaum lesbian dan homoseksual di dalam masyarakat adalah 1% hingga 10% dari jumlah populasi. Tetapi menurut laporan kontroversi Kinsey Reports pada tahun 1984, menyebutkan bahwa setidaknya 37% pria dari total keseluruhan pria telah setidaknya mengalami pengalaman seks bersama pria lainnya, dan 4% di dalamnya adalah secara ekslusif homoseksual. Pada wanita, Kinsey menemukan dari 2% hingga 5% "kurang lebih secara eksklusif" homoseksual.

Walaupun pada nyatanya banyak kaum homoseksual yang menyembunyikan identitasnya - sehingga mempersulit akurasi laporan - banyak laporan yang beredar belakang ini menyatakan bahwa dari 2 hingga 3,3% dari populasi pria adalah homoseksual secara eksklusif.

Di Amerika Serikat sendiri, pada tahun pemilu 2004 survei menyatakan 4% dari seluruh pemilih pria menyatakan dirinya sebagai kaum homoseksual, yang karena tekanan sosial banyak yang tidak mau menyatakan identitas mereka.

Di Kanada, tahun 2003 Biro Statistik Kanada menyatakan bahwa di antara warga Kanada berumur 18 hingga 59, 1% melaporkan mereka sebagai homoseksual dan 0,7% melaporkan sebagai biseksual.

Lesbian
Lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama perempuan atau disebut juga perempuan yang mencintai perempuan baik secara fisik, seksual, emosional atau secara spiritual. Lesbian adalah seorang yang penuh kasih.

Pada saat ini kata lesbian digunakan untuk menunjuk kaum gay wanita. Ada beberapa terminologi yang sering dihubungkan dengan menjadi seorang lesbian:

* Butch
butch, seringkali mempunyai stereotype sebagai pasangan yang lebih dominan dalam hubungan seksual. terkadang daam hubungan seksualnya adalah satu arah sehingga Butch lebih digambarkan sebagi sosok yang tomboy, agresif, aktif, melindungi dan lain-lain. butch dibagi/diklarifikasi dalam beberapa tipe yaitu :

* soft Butch


* stone butch

* Femme
* Andro
* No label lesbian

Androgini
Androgini adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan pembagian peran yang sama dalam karakter maskulin dan feminin pada saat yang bersamaan. Istilah ini berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu ανήρ (anér, yang berarti laki-laki) dan γυνή (guné, yang berarti perempuan)[1] yang dapat merujuk kepada salah satu dari dua konsep terkait tentang gender. Artinya pencampuran dari ciri-ciri maskulin dan feminin, baik dalam pengertian fesyen, atau keseimbangan antara "anima dan animus" dalam teori psikoanalitis.

Androgini

Androgini berasal dari dua kata Yunani, namun kata ini muncul pertama kali sebagai sebuah kata majemuk dalam Yudaisme Rabinik (lih. mis. Kejadian Rabba 8.1; Imamat Rabba 14.1), kemungkinan sekali sebagai alternatif untuk penggunaan istilah hermafrodit yang berkaitan dengan budaya kafir-Yunani.

Online Etymology Dictionary menunjukkan bahwa kata ini pertama kali muncul dalam bahasa Inggris pada 1552, meskipun kadang-kadang kata ini (keliru) diklaim diciptakan oleh Prof. Sandra Bem, yang menolong mempopulerkan konsepnya.

Seorang androgini dalam arti identitas gender, adalah orang yang tidak dapat sepenuhnya cocok dengan peranan gender maskulin dan feminin yang tipikal dalam masyarakatnya. Mereka juga sering menggunakan istilah ambigender untuk menggambarkan diri mereka. Banyak androgini yang menggambarkan dirinya secara mental "di antara" laki-laki dan perempuan, atau sama sekali tidak bergender. Mereka dapat menggolongkan diri mereka sebagai orang yang tidak bergender, a-gender, antar-gender, bigender, atau yang gendernya mengalir (genderfluid).

Voyeurisme
Voyeurisme adalah sebuah kelainan jiwa, di dunia kedokteran dikenal sebagai istilah skopofilia. Ciri utama voyeurisme adalah adanya dorongan yang tidak terkendali untuk secara diam-diam mengintip atau melihat seseorang yang berlainan jenis atau sejenis tergantung orientasi seksual berbeda yang sedang telanjang, menanggalkan pakaian atau melakukan kegiatan seksual. Dari ini, penderita biasanya memperoleh kepuasan seksual.

Bila penderita adalah seorang pria, wanita yang diintip pada dasarnya tak dikenal. Mengintip menjadi cara eksklusif untuk mendapatkan kepuasan seksual. Anehnya, ia sama sekali tidak menginginkan berhubungan seksual dengan wanita yang diintip. Cuma berharap memperoleh kepuasan orgasme dengan cara masturbasi selama atau sesudah mengintip. Berbeda dengan seseorang yang normal, penderita voyeurisme sudah terpuaskan tanpa harus melakukan sanggama.

Voyeurisme tidak dapat dilekatkan kepada penggemar film dan pertunjukan porno, karena para pemain film itu dengan sengaja menghendaki dan menyadari bahwa mereka akan ditonton orang lain.

Voyeurism sejati tidak akan terangsang jika melihat seseorang yang tidak berpakaian di hadapannya. Mereka hanya terangsang dengan melakukan pengintipan. Dengan mengintip mereka mampu mempertahankan keunggulan seksual tanpa perlu mengalami risiko kegagalan atau penolakan dari pasangan yang nyata.

Transgender
Transgender adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan orang yang melakukan, merasa, berpikir atau terlihat berbeda dari jenis kelamin yang ditetapkan saat mereka lahir. "Transgender" tidak menunjukkan bentuk spesifik apapun dari orientasi seksual orangnya. Orang-orang transgender dapat saja mengidentifikasikan dirinya sebagai heteroseksual, homoseksual, biseksual, panseksual, poliseksual, atau aseksual. Definisi yang tepat untuk transgender tetap mengalir, namun mencakup:

* "Tentang, berkaitan dengan, atau menetapkan seseorang yang identitasnya tidak sesuai dengan pengertian yang konvensional tentang gender laki-laki atau perempuan, melainkan menggabungkan atau bergerak di antara keduanya."[1]

* "Orang yang ditetapkan gendernya, biasanya pada saat kelahirannya dan didasarkan pada alat kelaminnya, tetapi yang merasa bahwa deksripsi ini salah atau tidak sempurna bagi dirinya."[2]

* "Non-identifikasi dengan, atau non-representasi sebagai, gender yang diberikan kepada dirinya pada saat kelahirannya."[3]


Seks anal oral
Anal-oral contact, anilingus, rimming, rimjob, tossing the salad, atau 87 (bandingkan 69) adalah aktivitas seksual yang melibatkan anus seseorang dan mulut orang alin. Anilingus (dari "anus" dan "lingua") adalah anal sex dan oral sex, harus dibedakan dari anal sex diikuti oleh fellatio, yang biasa disebut ass to mouth, A2M, ATM, atau A2OGM.

Anilingus dilakukan oleh orang dengan berbagai orientasi seksual. Anus memiliki ujung-ujung syaraf yang mirip dengan alat kelamin. Dari sudut pandang kesehatan, anilingus dapat berbahaya karena banyak bakteri terdapat di anus atau rectum, misalnya Escherichia coli ("E. coli"), menyebabkan urinary tract infection. Selain itu juga terdapat risiko tertular penyakit seksual seperti genital herpes atau intestinal parasites.

Waria

Waria (portmanteau dari Wanita-pria) atau wadam (dari hawa-adam) adalah laki-laki yang lebih suka berperan sebagai perempuan dalam kehidupannya sehari-hari. Keberadaan waria telah tercatat lama dalam sejarah dan memiliki posisi yang berbeda-beda dalam setiap masyarakat. Walaupun dapat terkait dengan kondisi fisik seseorang, gejala waria adalah bagian dari aspek sosial transgenderisme. Seorang laki-laki memilih menjadi waria dapat terkait dengan keadaan biologisnya (hermafroditisme), orientasi seksual (homoseksualitas), maupun akibat pengondisian lingkungan pergaulan.

Sebutan bencong juga dikenakan terhadap waria dan bersifat negatif.

Kamis, 03 Desember 2009

Dasar-dasar Memahami Tauhid Posted on November 9, 2009 by unga

copas dr Ummu Khansa-Syifa1

(Syaikh Muhammad At Tamimi)
Rangkuman kajian Ust abu Fairoz
Setiap Ahad pekan ke-2 ba’da Asar, masjid kampung Siglap, Singapura

Kemurnian akidah akan mampu dicapai apabila memahami 4 kaidah yang telah Allah nyatakan dalam firmanNya.


1. Kita harus mengetahui bahwa orang kafir yang diperangi oleh Rasulullah, mereka meyakini Allah sebagai pencipta, pemberi rizki, yang menghidupkan dan mematikan, yang memberi manfaat dan mudhorot, yang mengatur segala urusan. Tetapi semuanya itu tidak menyebabkan mereka sebagai muslim.
Dalil: QS Yunus: 31

2. Kaum musyrikin berkata, “Kami tidak berdo’a kepada mereka (nabi, orang-orang sholeh) kecuali agar bisa mendekatkan diri kepada Allah dan mereka nantinya akan memberi syafa’at. Maksud kami adalah kepada Allah, bukan kepada mereka. Namun hal tersebut dilakukan dengan cara melalui syafa’at dan mendekatkan diri kepada mereka.”
Dalil: QS Az Zumar: 3, QS Yunus: 18
Namun kita harus memahami bahwa syafa’at ada 2 yaitu syafa’at yang ditolak dan diterima. Syafa’at yang ditolak adalah syafa’at yang dicari dari selain Allah (QS Al Baqoroh: 254). Sedangkan syafa’at yang diterima adalah syafa’at yang dicari dari Allah dimana si pemberi syafa’at dimuliakan oleh syariat dan orang yang diberi syafa’at adalah orang yang dirihoi oleh Allah (QS Al Baqoroh: 255). Sehingga perbuatan/alasan (yang dibuat-buat) mereka tersebut adalah tidak dibenarkan.

3. Sesungguhnya Nabi sholallahu’alaihi wasallam menerangkan kepada manusia tentang macam-macam system peribadatan yang dilakukan oleh manusia. Diantaranya mereka yang menyembah matahari dan bulan, menyembah orang-orang shaleh, malaikat, wali, pepohonan dan bebatuan. Mereka semua diperangi oleh Rasulullah.
Dalil: QS Al Baqoroh: 193, QS Fushilat: 37, QS Al Ishra’: 56-57, QS Sabaa’: 40-42, QS Al Maidah: 116-118, QS Al A’raf: 138-140

4. Sesungguhnya kaum musyrik zaman sekarang adalah lebih parah kesyirikannya dibanding zaman dahulu. Sebab kaum musyrikin zaman dahulu, mereka berdoa secara ikhlas kepada Allah ketika mereka ditimpa bahaya akan tetapi mereka berbuat syirik ketika mereka dalam keadaan senang. Sedangkan kaum musyrikin zaman sekarang, mereka terus menerus berbuat syirik baik dalam bahaya maupun senang.
Dalil: QS Al Ankabut: 65-66

Filed under: Artikel Islami

Valentine.. kah…?! Posted on February 13, 2008 by unga

valentinekah...“Happy Valentine sayang…. Nih coklat buat kamu.. sebagai tanda sayang…”. Hmmm adakah Valentine….?!!
Mungkin bagi mereka ada… tapi bagi unga gak ada yagh keknya hehehe.. bukannya karena jeulouuuuusss lho… sm yang punya sayang2an hi2….

Emosi moral tengah melanda huks2… pergeseran nilai terjadi, dari nilai-nilai Ilahi yang benar menjadi nilai-nilai syaithani yang kotor dan bathil. Umat Islam semakin diarahkan kepada nilai yang menyimpang dan sepertinya hehehe… dapat diterima akal tetapi sebenarnya menjauhkan kita, ummat Islam dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam.

Kenapa… malu yagh kalu dibilangin gak gaul karna gak ikutan yang namanya valentine.. huuhuuhu… biarin deh klu unga mah…. Gak pake valentine ajah masih sering klpeset…. Apa lagi pake legalitas valentine sebagai hari kasih saiiiyang…. Hari kasih sayang… valentine..kah.. ?!! Halah… whateverlah…

Valentine’s Day berawal dari semboyan sederhana yang nampaknya baik bahkan sesuai dengan Islam, dilancarkanlah Ghazwul Fikri (invasi pemikiran) yang pada akhirnya berkembanglah budaya aneh ( mnurut unga.. gak boleh protes..!! heheheh…), saling memberi kartu ucapan kasih sayang dan bla.. bla.. bla… So, mari sedikit ngintip2

Sejarah Valentine’s Day

Hari Valentine berasal dari masa jahiliyah Romawi kuno. Pada tanggal 13-18 Februari mereka mengadakan ritual penyucian, yang di antara rangkaiannya adalah Perayaan Lupercalia. Dua hari pertama, dipersembahkan untuk Dewi Cinta (Queen of Feverish Love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama-nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk bersenang-senang dan menjadi obyek hiburan laki-laki. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan Dewa Lupercalia dari gangguan serigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.

Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I. Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan meninggal 14 Februari. The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari.

Seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” yang dimaksud. Juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena setiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda. Konon, menurut versi pertama, Kaisar Cladius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah Tuhan-Tuhan orang Romawi -Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan-. Orang-orang yang mendambakan doa St. Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya. Versi kedua diceritakan bahwa Kaisar Cladius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dari pada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St. Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (Lihat: The Word Book Encyclopedia, 1998).

TINJAUAN ISLAM ( copy paste dari AL Wahdah )
1. Tasyabbuh Bil Kuffar
Melirik dari sejarah Valentine’s Day, terlihat jelas bahwa hal tersebut merupakan salah satu upacara peribadatan ummat diluar Islam. Islam tidak memperkenankan mengambil cara-cara peribadahan yang tidak memiliki sumber, baik dari Al Qur’an maupun As Sunnah Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam.

Sebagaimana Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam. bersabda : “Barangsiapa yang mengada-adakan suatu perkara dalam agama kami ini, yang tidak ada dasar dari padanya maka itu pasti tertolak” (HR. Bukhari dan Muslim).Dan Allah Ta’ala memerintahkan agar ummat-Nya selalu berada dijalan-Nya
yang lurus. Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an : “Sesungguhnya inilah jalan-Ku yang lurus maka ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya” (QS. Al An’am :153).

Perayaan Valentine’s Day merupakan tindakan menyerupai orang-orang kafir, akan tetapi pada kenyataannya tidak sedikit generasi muda muslim yang tidak paham terhadap Dien (agama)nya ikut ambil bagian dalam perayaan tersebut. Maka benarlah apa yang disabdakan Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam: “Sesungguhnya kalian akan mengikuti jalan (cara hidup) orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, bahkan seandainya mereka memasuki lubang biawak pun, tentu kalian akan mengikutinya”. Kami (para sahabat bertanya) Wahai Rasulullah apakah mereka itu Yahudi dan Nashrani ? Beliau menjawab : “siapa lagi kalau bukan mereka”. (HR. Bukhari)

2. Penetrasi Budaya sesat
Valentine’s Day yang telah meracuni generasi muda Islam adalah salah satu bukti nyata dari produk Ghazwul Fikri (invasi pemikiran) para musuh Islam, dan merupakan salah satu wujud dari ketidak ridhaan Yahudi dan Nashrani kepada ummat Islam. Perayaan Valentine’s Day menjadikan semakin merebaknya budaya pacaran dikalangan generasi muda Islam. Padahal Islam melarang ummatnya mendekati zina, apalagi turut andil dalam perbuatan zina, hukumnya adalah dosa besar, firman Allah Ta’ala “Dan janganlah kamu mendekati zina, itu adalah suatu perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk” (QS. Al Isra’ : 32)

3. Perbuatan Mubazzir
Valentine’s Day yang dipenuhi hura-hura merupakan kegiatan yang menghambur-hamburkan sumber daya, disamping itu tenaga dan waktu juga dipakai untuk aktifitas yang sudah jelas-jelas tidak Islami, sehingga apa yang dilakukannya tidak bernilai ibadah dan tidak bermanfa’at bagi dirinya sendiri lebih-lebih bagi kemaslahatan ummat.
Nabi Muhammad Sallallahu ‘alaihi wasallam telah wafat dan tidak meninggalkan warisan berupa harta benda, beliau hanya meninggalkan dua buah wasiat yang harus menjadi pegangan setiap muslim. Sabda Beliau Sallallahu ‘alaihi wasallam: “Aku tinggalkan dua perkara untuk kalian, kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh kepadanya, (yaitu) Kitabullah dan rasul-Nya “.(HR. Hakim dan Malik)

Ini adalah ajakan Beliau Sallallahu ‘alaihi wasallam pada haji terakhirnya (Hajjatul wada’) di Arafah. Sebagai seorang muslim hendaknya kita senantiasa sami’na wa atha’na (kami dengarkan dan kami ta’ati), dan konsekuensinya adalah harus menjalankan Islam secara kaffah (totalitas) dan meninggalkan segala sesuatu yang tidak islami.

Oleh karenanya ummat Islam terutama generasi muda Islam harus menjauhkan diri dan meninggalkan perayaan Valentine’s Day karena itu semua tidak lepas dari rekayasa jahat musuh-musuh Islam untuk menghancurkan Islam. Wallahu a’lam bisshawab.

Filed under: Artikel Islami

Islam Kaffah dan Kekafiran * Juli 22, 2009 – 5:07 pm * Ditulis dalam Memoar Kang Jan

Ada yang lain dari Kang Jan hari ini. Tidak seperti kebiasaannya tidur selepas subuh, pagi ini ia langsung mandi lalu berpakaian rapi. Wewangian pun ia pakai. Sungguh tak biasa. wewangian itu seperti barang kramat bagi Kang Jan, ia hanya menggunakannya pada hari-hari tertentu saja, seperti saat shalat Jum’at atau shalat idul fitri. Istrinya yang tikdak mendapat pemberitahuan soal rencana Kang Jan hari ini pun dibuat keherananan. Bagaimana tidak, tadi Malam Kang Jan tetap memabuka angkringan sampai Jam 2 dan pagi ini dia tidak tidur lagi. Biasanya selepas subuh Kang Jan langsung molor menikmati kasur. Ia tidur sampai jam 8 pagi lalu berangkat ke pasar membeli kebutuhan angkringan.

Tapi pagi ini sungguh berbeda. Tak hanya menggunakan minyak wangi, Kang Jan juga menggunakan batik pamungkasnya. Setelan batik buatan Istri ini bukan batik sembarangan. Dalam setahun belumlah pasti satu kali ia gunakan. Pemberian istri merupakan salah satu barang keramat. Bukan soal bagusnya atau buruknya batik itu, tapi soal penghargaan kepada istrinya. Biasanya Kang Jan hanya menggunakan batik itu saat bepergian bersama istri tercinta. Maklum, meskipun Kang Jan sedikit galak ia terkenal sangat sayang pada istrinya. Di kampung itu nyaris tak ada laki-laki yang mau bekerja di dapur membantu istri selain Kang Jan. Bahkan Pak Kaji soleh yang terkenal paling soleh di kampung karena kedermawanannya saja tidak pernah mau masuk dapur. “itu tugas perempuan, ” tegas Pak Soleh ketika suatu waktu ditanyai tetangga.

“Mau kemana tho, Kang? Kok ndak kayak biasanya pagi-pagi sudah rapi, pakai wewangian dan batik lagi?”, karena sangat bingung Istri Kang Jan akhirnya memberanikan bertanya pada suaminya.

“Ini lho, Bune, aku janjian sama Siwa dan Guntur untuk lihat grebeg syuro. Ini kan satu syura,” Kang Jan menjelaskan.
“Boleh tho, Bune aku pakai batik ini?” lanjutnya.

“Yo ndak opo to Kang. La wong batik itu saya jahitkan yo buat sampean pakai. Bukan pajangan. Kulo langkung remen yen diagem kaleh Panjenengan,” balas si istri dengan senyum yang dalam. Kang Jan tersenyum simpul penuh kebahagiaan menyaksikan ekspresi instrinya. “Bune, aku tolong dibuatkan kopi yo!” pinta Kang Jan.

******

“Bune, aku berangkat,” suara Kang Jan menyeloroh ke dalam rumah setelah menghabiskan secangkir kopi pahit kesukaannya.
Berkendara sepeda unta tahun 70-an yang dibeli di pasar loak Kang Jan menuju rumah Siwa. Mereka bertiga telah membuat janji pertemuan di rumah Siwa sebelum berangkat ke Grebeg Syuro. Rumah Siwa memang letaknya paling strategis tinimbang milik Kang Jan atau Guntur. Rumah Siwa berada di pinggir jalan beraspal, jadi mudah bagi mereka untuk mencari angkutan menuju lokasi perhelatan.

Sesampai di sana Guntur ternyata sudah terlebih dahulu sampai. Ia sudah duduk-duduk dengan Siwa menghadap sepasang cangkir kopi yang sudah habis lebih dari setengah.

“Hayo, langsung berangkat!” pinta Kang Jan sambil memarkir sepeda di pekarangan Siwa.
“Lho, langsungan tho, Kang?” timpal Guntur.

“Lebih baik kepagian dari pada kelewatan acaranya” balasa Kang Jan.
“Sampean ndak pengen ngopi dulu, Kang? Tambah Siwa.

“Ora, Aku Wis ngopi Mau”, timpal Kang Jansambil berlalu. Siwa dan Guntur beranjak dari kursi bambu menghampiri Kang Jan yang sudah berjalan menuju jalan raya.

******

Pagi ini suasana terasa berbeda. Angkutan Jalur X yang biasanya sepi ternyata berulang kali lewat dalam keadaan penuh.
“walah, ini baru Jam setengah 7 kok sudah penuh semua” Siwa mengeluh.

“Sudahlah, sebentar lagi ada yang kosong. kalau nanti tak ada yang kosong kita naik jurusan lain terus oper bus kota sampai alun-alun” balas Kang Jan. Siwa dan Guntur hanya diam seperti setuju.

Tidak terlalu lama, sebuah angkot jalur X muncul dan masih belum terisi semuanya.Mereka bertiga saling melempar senyum lega. Di dalam angkot ternyata ada beberapa orang yang juga berpakaian rapi. Ada yang memakai batik dan kopiah, ada juga yang berkemeja biasa, tapi semuanya rapi. Kang Jan melempar senyum ke beberapa orang yang telah terlebih dahulu berada di angkot.

Tak lupa kang Jan membaca basmalah saat mau duduk di jok angkot. Bacaan itu menarik perhatian seorang laki-laki yang kira-kira berusia 25 tahun. lelaki itu berjenggot agak panjang. Pakaiannya rapi. Kopiah putih bersih menutup kepalanya yang berambut pendek.

“Mau ke mana, Pak?” tanya pemuda berpakaian rapi itu kepada Kang Jan.

“ini, mau ke grebeg syuro, la adik sendiri mau ke mana?” Kang Jan membalas pertanyaan snag apemuda sambil berbasa-basi.
“Mau ke kampus Pak”, balas pemuda itu. “Memang di grebeg itu ada apa saja, Pak? Kok banyak orang yang berbondong-bondong datang ke acara itu?” tambah si pemuda.

“Ya ada macam-macam, dik. Ada doa bersama. Ada pembagian gunungan. heem, masih banyak lagi. Adik ke sana saja biar tahu kegiatan itu,” kang jan menjawab sedikit diplomatis.

“Saya merasa aneh, Pak. Acara itu diisi dengan doa ala agama Islam, sedangkan dalam agama Islam acara itukan tidak ada sama sekali. Rasul tidak pernah memberikan ajaran tentang itu. Bukankah itu bid’ah, Pak?” tanya si pemuda. Tampaknya pemuda itu berani berbicara soal agama setelah mendengar bacaan bismillah dari lisan Kang Jan saat hendak duduk di angkot.
“Lalu apa yang salah, dik?” Pancing Kang Jan.

“Ya itu, Pak. Sesuatu yang dikerjakan tanpa ada rujukan dari agama itu sendiri, itu yang salah. Setahu saya itu bertentangan dengan syari’at agama. Tapi kenapa orang-orang yang beragama Islam justeru menjadi penyelenggaranya”. Eskpresi pemuda itu sangat serius. Ia seperti sedang berhadapan dengan mangsa yang memang harus ditobatkan.

“Itu gejala menurunnya keislaman kita. Sebuah gejala bahwa banyak muslim tidak mengimani Islam secara Kaffah,” tandas pemuda itu penuh tenaga.

Siwa dan Guntur tak banyak berkutik kalau berhadapan dengan situasi seperti ini. bukan karena mereka bodoh, bukan sama sekali. Siwa dan Guntur keduanya lebih sering mengalah dalam situasi seperti ini. Berbeda dengan Kang Jan yang pasti akan berupaya menyelesaikan obrolan sampai tuntas.

“Islam yang benar itu bagaimana, dik?” tanya kang Jan.

“Ya sederhana, Pak. Islam yang asli dikerjakan dan dikembangkan oleh Rasulullah SAW. Itu saja kuncinya”. Pemuda itu menjawab dengan sangat mantap.

“Dik,” suara Kang Jan meninggi meski tetap dengan eskpresi wajah yang datar. “Saya ini orang Kafir, jadi jangan terlalu menceramahi saya tentang Islam,” jawab Kang Jan.

Sekonyong-konyong raut wajah pemuda itu berubah. Ia tidak menyangka berbicara terlalu banyak dengan orang yang berlainan keyakinan. Muncul dugaan dalam diri pemuda itu bahwa orang yang diajak bicara bukanlah seseorang yang beragama Islam. Tapi Jawaban Kang Jan belum tuntas ternyata.

“Tapi saya ini bukan musyrik, tambah Kang Jan.

Pemuda itu tampak kebingungan. Ia merasa dihadapkan pada pernyataan yang kontradiktif.

“Bagaimana mungkin Anda merasa sebagi kafir tetapi juga merasa bukan musyrik?” tanya pemuda itu dengan nada bingung.
Siwa dan Guntur keduanya hanya tersenyum menahan tawa. Mereka tahu persis watak Kang Jan dan caranya masuk ke dalam sebuah obrolan serius.

“Saya merasa sebagai kafir karena kerendahan hati saya selalu aja mengajarkan saya menyadari bahwa iman saya belum sempurna, dik. Karena itu saya berusaha selalu menyempurnakannya. Saya punya iman yang tidak sesempurna iman adik yang sudah sempurna. Karena itu saya belum bisa mengaku sebagai Muslim yang baik. Saya takut jika ternyata saya secara tidak disadari adalah orang yang tidak beriman.” balas Kang Jan agak Panjang.

“Bukankah kafir itu berarti ingkar Tuhan?” balas pemuda agak gugup. Ia mulai menyadari bobot ilmu orang yang diajak bicara.

“Tidak semudah itu menjadi kafir dan tidak mudah pula menjadi mukmin kaffah, dik. Kata kafara, asal kata kafir itu diulang-ulang dalam bentuk yang beragam dalam al-Qur’an. Jadi maknanya juga beragam. Kafir itu artinya orang yang ingkar. Ada yang menolak yakin adanya Tuhan dan keesaannya, itu hanya salah satu arti. Tapi arti yang lain bisa saja ada. Sebut saja surah Ibrahim yang menggunakan kata kafara bagi orang yang tidak mensyukuri nikmat Tuhan. Artinya belum tentu ia tidak percaya Tuhan, melainkan hanya tidak memiliki sensitivitas untuk berterima kasih kepada Tuhan soal pemberian yang berlimpah.”

Ekspresi pemuda itu serta-merta berubah. Ia baru sadar berhadapan dengan orang yang cukup memahami agama.
“Terus Pak? tanya si pemuda dengan gugup.

“Kekafiran yang paling saya takuti itu ada satu, dik. balas Kang Jan.

“Apa itu, Pak?”

“Kekafiran karena saya mencuri hak Tuhan untuk menentukan kebenaran soal siapa yang salah dan benar. Apalagi hal tersebut hanya seputar soal furu’iyyah atau sesuatu yang spesifik. Mencuri hak Tuhan untuk menentukan kebenaran sama halnya menyamakan diri dengan Tuhan yang berkuasa atas kebenaran. Saya takut jika itu terjadi pada saya, maka saya tidak hanya menjadi kafir tapi juga sekaliguis menjadi seorang musyrik yang menjadikan diri sendiri sebagai berhalanya.”

Kang Jan sangat serius menjawab hal tersebut, tampak matanya berkaca-kaca seperti menahan tangis. Memang ini hal berat untuk diungkapkan kepada khalayak, tapi kali ini Kang Jan merasa perlu.

“Soal grebeg itu furu’iyyah, dik. Itu tak perlu dipermasalahkan dengan kekentalan akidah yang sampai pada menyalahkan. ini cara orang jawa mensyukuri nikmat Tuhan. Gunungan itu hanya simbol keberlimpahan pangan yang harus disebarluaskan dan diratakan. Bukan hura-hura. Karena itu ada do’a supaya orang-orang menyadari bahwa semua itu datangny dari Tuhan. Apakah salah jika orang memilih sebuah cara bersyukur yang paling sesuai dengan kebudayaannya?”

Pemuda itu tercengang seperti sulit untuk menjawab. Tiba-tiba suara Siwa memecah suasana.

“Kang, Ayo. Sudah sampai ini,” Siwa memberitahukan Kang Jan yang tampak masih asyiok memperhatikan raut muka sanga pemuda. Ditepuknya lengan pemuda itu dengan senyum, sambil berpamitan untuk turun duluan. Tak lupa, Kang Jan melafalkan Bismillah saat beranjak dari jok angkutan kumuh itu.

Sang pemuda tetap terdiam.

Yogyakarta, 2 Januari 2008.

Sebuah Kebenaran Kecil

Sebuah KEBENARAN KECIL Apa yang membuat hidup sobat semua menjadi 100% jika alfabet di beri sebuah nilai mulai dengan huruf a=1, b=2, ...